”Saya bangga Gojek sebagai ikon Indonesia telah proaktif menaruh perhatian pada isu kekerasan seksual. Karena prinsip zero (nol) toleransi terhadap pelecehan adalah prinsip yang harus dipegang oleh semua pemain di industri,” ungkapnya.
“Data global menyebutkan bahwa apabila tersedia ruang publik yang aman maka wanita bisa berpartisipasi penuh pada roda ekonomi bahkan berkontribusi sebesar USD26 triliun. Itu sebesar perekonomian China,” jelasnya.
Untuk itu, dia berharap semua pihak memberi ruang aman yang lebih luas bagi perempuan maka statistik perekonomian akan meningkat.
”Itu berlaku umum. Dan Gojek sudah mengedepankan keamanan perempuan bukan saja karena faktor keamanan tapi juga berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan,” terusnya.
Hal senada diungkapkan Koordinator Residen PBB untuk Republik Indonesia, Anita Nirody, yang memuji para pihak terutama pihak swasta (private sektor) yang sudah sukarela mewujudkan kepeduliannya.
“Mereka yang secara sukarela telah membangun sistem dan penanganan anti kekerasan seksual sehingga membantu perempuan bisa berpartisipasi penuh dalam perekonomian urban,” ungkapnya.
Hal tersebut juga sejalan dengan visi Gojek untuk membawa dampak sosial (social impact) yang luas. ”Perempuan mencari nafkah bersama kami dan pengguna perempuan mengandalkan layanan kami untuk hidup yang lebih produktif,” ungkap Vita.
Sebagai pionir edukasi anti kekerasan seksual di industri “ride-hailing”, kata Vita, pihaknya bangga karena sejauh ini modul edukasi Gojek mengenai anti kekerasan seksual sudah mengandung kompenen intervensi saksi.
Sejalan dengan hasil penelitian, intervensi saksi merupakan hal penting yang perlu dibangun.
”Di Gojek, solusi keamanan dibuat secara menyeluruh terdiri dari tiga pilar; cegah, lindungi, tangani. Penitikberatan pada pencegahan terus kami lakukan supaya terwujud budaya aman bagi semua yang berada dalam ekosistem layanan,” kata Vita.
Penelitian Pulse Lab Jakarta dengan UN Women itu sendiri diberi judul “Setelah Gelap: Menciptakan Transit yang Aman untuk Perempuan yang Bepergian di Malam Hari”. Riset tersebut bertujuan untuk memahami keamanan dan mobilitas perempuan di wilayah perkotaan, di luar wilayah Jakarta, dan sekitarnya.
Penelitian lapangan dilaksanakan di Medan, Semarang, dan Surabaya. Penelitian dimaksud melengkapi Audit Keamanan yang dilakukan oleh UN Women di Jakarta pada tahun 2017.
Audit Keamanan mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang memengaruhi keamanan perempuan di ruang publik.
Penelitian “Setelah Gelap” berfokus pada pengalaman individu perempuan dari kelas sosio-ekonomi yang lebih rendah, terutama mereka yang bekerja sif malam di sektor informal. (ant)