“Bali memang daerah termasuk ada potensi terutama di daerah Selatan di Tanjung Benoa, dan di Utara ada Seririt, Buleleng yang ternyata dari analisa yang dilakukan oleh Badan Geologi memiliki potensi likuefaksi dan kerentanan untuk lebih detailnya harus perlu dikaji lebih lanjut,” kata anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia Provinsi Bali, Ida Bagus Oka Agastya di Denpasar, Jumat malam (27/12).
Ia mengatakan bahwa penyebab utama suatu terjadinya likuefaksi pada suatu daerah yaitu pada daerah tersebut pernah terjadi gempa dan berpotensi adanya patahan cukup besar.
Sedangkan menurut sejarah pusat gempa dan pola-pola patahan menunjukkan sinkronisasi di bagian Seririt pada tahun 1976 dengan gempa 6,5 M, dan di Selat Bali juga punya patahan aktif tahun 2004 dengan gempa 5,3 M.
Selain itu, untuk daerah-daerah rawan atau strategis terjadinya likuefaksi di Bali, menurutnya cukup sulit ditemukan karena Bali termasuk padat wilayah apalagi daerah Selatan.
“Karena setelah kita tahu daerah tersebut rentan ya tentu kita nggak mungkin langsung memindahkan tapi kita sadar dengan adanya potensi ini minimal kita paham apa yang harus dilakukan untuk memitigasi ini,” jelasnya.
Ia menegaskan berdasarkan data dari Badan Geologi dalam sejarah di Bali belum pernah terjadi likuefaksi ini. Pihaknya berharap agar likuefaksi tidak terjadi di Bali hingga meninggalkan banyak korban.
Bagian-bagian yang menjadi penelitian dari terkait dengan potensi likuefaksi yaitu intensitas terjadinya gempa, besaran gempa, dari segi batuannya dan beberapa temuan ilmiah lainnya. (ant)