BANDUNG, bipol.co — Citarum harus sudah mulai memperlihatkan hasil positif. Satu per satu persoalan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum berangsur membaik.
Pada Rabu (8/1/20), Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Safri Burhanuddin, meninjau sejumlah titik DAS Citarum. Mulai dari hulu Citarum sampai command center Citarum Harum.
“Kita mau lihat hasilnya. Setelah kita bekerja dua tahun ini, kita pertama melihat apakah sungainya sudah semakin bersih, apa tidak. Ke dua, bantaran sungainya makin bagus, apa tidak. Apakah banjir yang ada itu makin parah atau tidak. Alhamdulillah semuanya positif,” kata Safri di Kota Bandung.
Meski begitu, Safri tidak memungkiri bahwa masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan. Salah satunya adalah penghijauan lahan kritis, terutama di DAS Citarum hulu.
Lahan kritis sendiri merupakan lahan di dalam maupun di luar kawasan hutan yang mengalami kerusakan, sehingga hilang atau berkurang fungsinya.
Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Citarum Harum, terdapat 77.037 hektare lahan kritis di DAS Citarum hulu. Dari luas tersebut, 61.681 hektare lahan kritis milik masyarakat. Maka itu, kata Safri, perlu pendekatan berbeda guna menyelesaikan masalah tersebut.
“Hal yang masih perlu kita benahi adalah masalah proses penghijauan. Dari 77 ribu hektare lahan kritis, 61 ribu hektare lahan kritis milik masyarakat. Itu tentu pendekatannya berbeda dengan milik negara,” ucapnya.
“Fokus utama di tahun ke tiga (2020), selain ada Citarum kita benahi, kita akan penghijauan di atas. Jadi, bibit itu perlu proses waktu. Kita mengintegrasikan semua program di kementerian maupun di CSR untuk tahun ini penghijauan secara masif,” imbuhnya.
Safri pun menginstruksikan agar Citarum Harum membuka pintu selebar mungkin dan mengajak berbagai pihak untuk ikut terlibat.
“Instruksi sekarang lebih cenderung kita mengajak sebanyak mungkin stakeholder, bukan hanya pemerintah, tetapi juga non-pemerintah terlibat,” ucapnya.
Selain itu, Safri merespons positif penerapan sejumlah teknologi dalam pengawasan. Ambil contoh, Satgas Citarum Harum menyimpan CCTV dan sensor di beberapa titik untuk melihat tingkat pencemaran, baik dari limbah industri maupun domestik.
“Tidak mungkin atau setiap saat menggunakan mata ke lapangan. Kita membutuhkan alat. Alat yang dipasang kita itu akan membantu dan mempercepat kita melihat daerah mana yang mengalami pencemaran, sehingga kita bisa identifikasi pencemarannya ada di mana,” katanya.*
Editor: Hariyawan