Pada layanan Asmara Sejiwa, warga menjadi kadernya. Para Kader dalam Asmara Sejiwa ini mendapat pelatihan dari Dinkes Kota Bandung bekerjasama dengan Fakultas Psikologi dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Selain memantau kejiwaan, para kader juga menerapi para penyintas ODGJ membuat hasil karya, seperti sandal. Hal itu agar penyintas ODGJ merasa tidak diabaikan dan memiliki kegiatan.
Layanan ini untuk sementara baru dilaksanakan di Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong. Sebagai tanda peresmian Asmara Sejiwa, Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menyematkan pin dan memberikan sertifikat kepada Perwakilan Kader atau Ranger Jiwa Kelurahan Babakan Sari, di Puskesmas Babakan Sari, Jalan Babakan Sari 1, Kiaracondong, Kota Bandung, Rabu (19/02/2020).
Kang Yana berharap dengan adanya program Asmara Sejiwa ini masalah kejiwaan di masyarakat bisa terselesaikan di tingkat kewilayahan. Sehingga tidak perlu sampai dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa.
“Pemkot Bandung mengapresiasi dengan kegiatan-kegiatan yang bisa menangani masalah para penyintas ODGJ (Orang Dengan Gangguan Kejiwaan),” katanya saat memberikan sambutan, seperti dilansir laman resmi Pemkot Kota Bandung
Ia mengatakan, kesehatan jiwa yang kurang terpelihara cenderung menimbulkan dampak sosial. Mulai dari kekerasan di rumah tangga, kriminalitas, bunuh diri, penganiayaan anak, perceraian, kenakalan remaja, penyalahgunaan napza, sampai masalah dalam pendidikan dan pekerjaan.
Asmara Sejiwa ini bisa menjadi salah satu upaya menangani masalah kesehatan jiwa dan menjadi dasar kebutuhan masyarakat siaga aktif jiwa di Kelurahan Babakan Sari.
“Kepada pihak yang terlibat tidak hanya berfokus pada aspek pengobatannya saja, tetapi memerlukan aspek pencegahan. Seluruh masyarakat Babakan Sari juga harus peduli terhadap lingkungan agar permasalahan kesehatan jiwa ini dapat menurun,” imbaunya.
Diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani Apip, di wilayah Babakan Sari estimasi kasus ODGJ berat mencapai 184 kasus.
“Angka di wilayah ini (Kiaracondong) cukup tinggi, ada yang berat dan ringan, kategori semua umur ada. Tapi kalau yang ODGJ berat itu rata-rata di usia produktif, selain konsultasi mereka juga berkegiatan seperti membuat sandal sebagai psikoterapi,” katanya.
Menurut Rosye, gawai juga bisa menjadi penyebab bibit-bibit sesorang menderita gangguan jiwa, terutama pada anak-anak, karena penyintas gangguan kejiwaan itu tidak mendadak, tetapi diawali dari pola asuh juga.
“ODGJ berat itu yang pasti dia tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Pengobatannya tidak bisa dengan obat saja, karena butuh melibatkan semua pihak. Makanya istilahnya Atasi Bersama Sehat Jiwa, Bersama Keluarga Atasi Gangguan Jiwa,” jelasnya.
Dijelaskan Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Kota Bandung, Intan Anisa Fatmawati, ada beberapa tahapan terkait gangguan kejiwaan tersebut yang jika tidak ditangani bisa menimbulkan masalah ke depannya.
“Ada istilah ODMK, Orang Dengan Masalah Kejiwaan, penyebabnya seperti mendapat anak yang mendapat perundungan di sekolah, kasus KDRT, itu sudah mulai ada gejala-gejala masalah kejiwaan,” katanya.
Menurut Intan, jika ODMK dibiarkan atau tidak ditangani dengan konseling dan terapi, terlebih tidak adanya perhatian keluarga, bisa saja menjadi ODGJ berat, maka dari itu Asmara Sejiwa ini diperlukan untuk hal tersebut.*
Editor Deden .GP