BANDUNG, bipol.co – DPD Partai Golkar Jawa Barat (Jabar) memiliki tradisi dalam suksesi pemilihan Ketua DPD-nya, yakni aklamasi dan sudah dua kali musyawarah daerah partai ini menyepakati dua Ketua DPD melalui mekanisme aklamasi.
Dua Ketua DPD Partai Golkar Jabar yang diputuskan lewat musyawarah daerah atau musda dengan cara aklamasi ialah Irianto MS Syafiudin atau Yance dan Ketua DPD Partai Golkar Jabar saat ini, Dedi Mulyadi.
Peneliti CSI (Center Survey Independen), Hadi Saiful Rizal, Rabu, menilai fenomena aklamasi tersebut diprediksi akan kembali terjadi pada Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Jabar X.
“Mekanisme aklamasi dimaksudkan dengan tujuan untuk menangkal politik uang, politik transaksional, atau politik ‘dagang sapi’ karena indikator aklamasi selalu menandakan kesamaan visi misi serta program partai bukan nilai transaksi,” katanya ketika dihubungi melalui telepon oleh wartawan di Bandung.
Kabar yang beredar di internal Partai Golkar Jabar, sudah sepakat menetapkan Sekretaris DPD Golkar Jabar, Ade Barkah Surahman, untuk menjadi calon Ketua DPD Partai Golkar Jabar melalui aklamasi.
Hadi mengatakan kontribusi Ade Barkah untuk Partai Golkar Jabar sudah terlihat seperti menjaga posisi dan kestabilan gerakan partai.
Tetapi, kata Hadi, akan terdapat unsur pembeda antara Ade Barkah dan pendahulunya, Dedi Mulyadi, dan unsur tersebut kelak terlihat dari pola kepemimpinan dan isu yang dibangun untuk Jawa Barat.
Menurut dia, selama ini sosok Dedi Mulyadi mengedepankan isu kebudayaan dalam berbagai kesempatan.
Sedangkan sosok Ade Barkah, menurut Hadi, terlihat memiliki kepedulian lebih terhadap isu religius dan hal ini tidak terlepas dari latar belakang dirinya yang berasal dari Kabupaten Cianjur.
“Keislaman di Cianjur terasa lebih kental. Ini modal buat Kang Ade Barkah untuk memimpin Partai Golkar Jabar. Tentu saja, sifatnya meneruskan karena pola baik Kang Ade Barkah dan Dedi Mulyadi harus berdasarkan AD/ART partai,” ujarnya.
Ia mengatakan kepatuhan terhadap AD/ART partai nantinya akan menciptakan penerimaan dari kader Partai Golkar di Jawa Barat walaupun akseptabilitas itu masih dipengaruhi oleh Dedi Mulyadi sebagai pendahulu.
“Partai Golkar itu ‘kan partai modern, kepatuhan terhadap AD/ART sangat penting. ini akan menimbulkan penerimaan kader terhadap apapun keputusan Musda Partai Golkar Jabar nanti. Dan kalaupun nanti ada perbedaan persepsi, itu bisa diatasi dengan sikap akomodatif,” kata dia.* ant
Editor: Hariyawan