BANDUNG.bipos.co – Selain akses pendidikan dan kesehatan, indikator kesejahteraan masyarakat bisa dilihat dari perjalanan wisata, akses masyarakat terhadap informasi dan komunikasi, dan juga akses masyarakat terhadap kredit usaha.
Perjalanan wisata yang dijadikan indikator dalam kesejahteraan masyarakat, yaitu perjalanan yang dilakukan penduduk dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 bulan dan bukan untuk tujuan memperoleh upah/gaji di tempat yang dikunjungi atau rutin sekolah serta bersifat perjalanan bukan rutin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, terdapat peningkatan yang signifikan bagi penduduk yang melakukan bepergian selama 6 bulan terakhir pada tahun 2016 dan 2017. Pada tahun 2016, persentase penduduk yang melakukan bepergian sebanyak 28,10 persen dimana persentase penduduk yang melakukan bepergian cenderung berjenis kelamin perempuan sebanyak 28,2 persen.
Hal ini lebih banyak daripada persentase penduduk laki laki yang melakukan bepergian di tahun 2016 yakni sebesar 28. Perbedaan anatara laki laki dan perempuan di tahun 2016 ini hanya 0,2 persen. Lain halnya dengan tahun 2017 yang mengalami peningkatan hampir dua kali lipat, yakni sebesar 53,28 persen penduduk yang bepergian selama 6 bulan terakhir.
Adapun penduduk yang lebih banyak melakukan perjalanan, yaitu yang berjenis kelamin perempuan yakni sebesar 54,66 persen. Ini lebih banyak dibanding penduduk laki laki yang melakukan perjalanan yang hanya 51,93 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa mobiltas perempuan di Kota Bandung lebih tinggi dibandingkan laki laki. (rls)