SUKABUMI, bipol.co – Stok ikan asin di beberapa pasar tradisional melimpah dan mengalami penurunan harga. Harga hampir semua jenis ikan asin anjlok kira-kira 20 hingga 30 persen dari harga pada masa normal sebelum terjadi wabah Covid-19. Di sisi lain, jenis pangan hasil tangkapan itu sepi peminat.
Akibat penurunan harga tersebut, omset para pedagang ikan asin merosot cukup tajam. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah karena di tengah pandemi Covid-19 semua pedagang mengalami kesulitan yang sama yakni penurunan omset usaha.
“Sejak terjadi wabah Virus Corona, omset usaha kami berkurang. Para pelanggan juga banyak yang tidak berkunjung ke kios kami karena mereka lebih memilih diam di rumah sesuai anjuran pemerintah,” kata Jajat salah seorang pedagang ikan asin di Pasar Stasiun Timur Sukabumi ketika ditemui wartawan, Rabu (29/4/2020).
Namun, ujar Jajat, untuk jenis-jenis ikan tertentu, harganya relatif stabil. Menjelang dan selama awal bulan Ramadhan, para pelanggan Jajat memburu jenis ikan cumi sotong, gabus, dan teri nasi. Kalaupun turun, harga ketiga jenis ikan tersebut tetap tergolong tinggi karena langka dan banyak peminat.
“Ketiga macam jenis ikan asin itu yang paling diburu oleh pelanggan dan para pengunjung pasar. Satu lagi yang agak langka adalah ikan asin sepat. Harganya pun agak tinggi,” jelas Jajat.
Ikan jenis cumi sotong dijual Jajat dengan harga Rp110 ribu, sedangkan teri nasi dilepas pada harga Rp80 ribu. Untuk ikan asin sepat, harganya bervariasi bergantung ukuran. Ikan asin sepat ukuran S dijual Rp100 ribu, ukuran M Rp120 ribu, dan ukuran L dan XL Rp150 ribu. Semua harga itu dalam satuan perkilogram.
Menghadapi kemungkinan Kota Sukabumi memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), Jajat hanya bisa pasrah dan terima nasib. Ketika PSBB diberlakukan, tingkat kunjungan ke pasar tradisional bisa dipastikan akan mengalami penurunan yang sangat drastis.** Reporter: Firdaus | Editor: Hariyawan