“Penting juga belajar dari negara lain untuk melihat metode paling efektif, termasuk ke negara yang sudah terlebih dahulu membuka kegiatan di sekolah, sebelum masuk tahun ajaran baru,” kata dia, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (29/5).
Ia menilai terlepas dari teknis pelaksanaan awal tahun ajaran baru, perlu mendengarkan masukan dari berbagai pakar untuk dapat mengambil keputusan secara bijaksana perihal kegiatan belajar.
Ia menjelaskan, misalnya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyebutkan hingga 18 Mei 2020, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) usia anak mencapai 3.324 orang dan 129 anak berstatus PDP meninggal dunia.
“Apakah perlu membuka tahun ajaran baru dalam waktu dekat dengan pelonggaran kebijakan atau melanjutkan dan memperkuat sistem belajar jarak jauh sepanjang pandemi Covid-19 masih berlangsung,” ujarnya.
Politisi Partai NasDem itu menilai pendidikan memang merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar karena menyangkut generasi berikutnya.
“Juga bagaimana menyiapkan fasilitas tempat cuci tangan di sebanyak mungkin titik di sekolah, mengatur jarak bangku kantin, menyiapkan masker dan sebagainya,” katanya.
Ia mencontohkan salah satu sekolah di Korea Selatan yang memodifikasi sedemikan rupa bangku sekolah mereka dengan menyiapkan partisi. Hal itu menurut dia perlu dipikirkan sejak jauh hari sebelum membuka kembali kegiatan di sekolah.
“Evaluasi dilakukan sampai dengan ke wilayah pelosok, termasuk melihat infrastruktur seperti jaringan internet, ketersediaan komputer, termasuk kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran secara jarak jauh,” ujarnya.
Hasil evaluasi tersebut menurut dia, dipakai sebagai dasar untuk perbaikan sistem belajar mengajar pada masa datang.
Iae menilai, upaya-upaya produktif untuk mencari solusi untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar di masa wabah Covid-19 ini harus segera dilakukan karena jangan sampai generasi berikut menjadi korban akibat lalai memikirkan dunia pendidikan. (net)