BANDUNG.bipol.co- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan bahwa relawan uji klinis vaksin buatan perusahaan asal China, Sinovac, di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran harus berdomisili di Bandung Raya.
Ini artinya, masyarakat yang tinggal di luar Bandung Raya tak bisa mendaftar menjadi relawan.
“Ada berbagai persyaratan untuk menjadi relawan uji klinis calon vaksin COVID-19, salah satunya adalah keharusan domisili di Bandung Raya,” ungkap Staf Khusus Kementerian BUMN, Arya Sinulingga, dalam keterangan resmi yang dikutip Minggu (9/8).
Selain domisili, Arya mengatakan kalau relawan juga dilarang meninggalkan wilayah penelitian hingga prosesnya selesai.
Syarat ini, katanya, tak bisa dipenuhi oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, karena tak berdomisili di Bandung Raya.
“Hal ini tidak bisa dipenuhi warga di luar Bandung Raya, termasuk Menteri Erick Thohir,” ujar Arya.
Ia menjelaskan tim peneliti terus mengumpulkan relawan untuk uji klinis fase ketiga ini.
Seluruh warga Bandung Raya yang memenuhi syarat dapat berpartisipasi menjadi relawan agar proses penelitian bisa segera selesai.
“Warga Bandung Raya yang memenuhi kriteria bisa berpartisipasi dan menjadi bagian dari perjalanan bersejarah hadirnya vaksin yang sangat diharapkan,” kata Arya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, atau yang akrab disapa Emil, telah mendaftarkan diri menjadi relawan uji klinis vaksin Sinovac.
Hal itu dibenarkan Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran, Eddy Fadlyana.
“Betul (sudah mendaftar), sama dengan masyarakat biasa,” ucap Eddy.
Uji klinis vaksin asal China ini akan dilaksanakan di Pusat Uji Klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, yang akan mengambil sampel sebanyak 1.620 orang, dengan rentang usia antara 18 hingga 59 tahun.
Dalam uji klinis ini, PT Bio Farma (Persero) berperan sebagai sponsor dengan berkolaborasi bersama berbagai pihak, seperti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan sebagai medical advisor (penasihat medis) dan pelaksanaan uji titer antibodi netralisasi.
Selain itu, Bio Farma juga bekerja sama dengan BPOM RI sebagai regulator dan FK Unpad sebagai institusi yang sudah berpengalaman dalam pelaksanaan uji klinis vaksin di Indonesia.
Kegiatan ini akan dimulai pada 11 Agustus 2020 mendatang di Kota Bandung.
Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto menyatakan harga vaksin akan dipatok sekitar US$5 hingga US$10.
Jika dikonversi ke rupiah menggunakan kurs Rp14.600 per dolar AS, maka harga vaksin akan dibanderol sebesar Rp73 ribu-Rp146 ribu.
“Harga vaksin masih kami hitung, untuk perkiraan sementara estimasi US$5-US$10,” pungkas Bambang.
Bila sesuai rencana, Bio Farma akan mulai memproduksi vaksin virus corona pada kuartal I 2021 mendatang. Hal ini bergantung dari penyelesaian uji klinis tahap ketiga. [net]
Editor: Fajar Maritim