BANDUNG,bipol.co – Penggagas Angkot Pintar (Antar) Rosihan Fahmi menilai program Grab To Work bertolak belakang dengan aturan yang telah dibuat Pemerintah Kota Bandung.
Bahkan menurutnya, Grab To Work yang diuji coba oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung seakan tidak mengapresiasi program Antar yang digagasnya.
“Saya pikir tinggal apresiasi, ditindak lanjuti, perbaiki, evaluasi, yang sudah di kerjakan itu (angkot pintar). Bukan berarti carpooling ini nggak penting, cuma ini kenapa eksekusinya saja menggandeng perusahaan asing,” kata Rosihan kepada bipol.co, di Kota Bandung, Jumat (15/3/2019).
Dijelaskannya, Antar merupakan program yang digagas oleh komunitas Rindu Menanti dan Dishub Kota Bandung untuk memakmurkan Angkot. Program tersebut menyuguhkan fasilitas perpustakaan kecil di dalam angkot untuk mengajak masyarakat menggunakan angkot dan ikhtiar mengurangi kemacetan di Kota Bandung.
“Apapun yang di ikhtiarkan oleh Pemkot Bandung melalui Dishub untuk mengurai kemacetan pada dasarnya saya suport apapun itu bentuknya. Ketika ikhtiar yang sekarang lakukan itu gagasan yang bagus, cuma sayang eksekusinya ternyata banyak yang memandang negatif, nah ini ujungnya berujung kepada keberpihakan, apalagi yang di gandengnya sebuah perusahaan bukan karya negeri,” ucap Rosihan.
“Saya pikir kaya belum sepenuh hati, kalau mau revolusi, revolusi saja sekalian. Bagaimana caranya angkot-angkot di kota bandung itu diperlakukan seperti halnya angkutan online,” sambung Rosihan.**
Reporter : Rizki
Editor : Herry Febriyanto