JAKARTA.bipol.co- Pernyataan Menteri Agama, Fachrul Razi, terkait cara masuk paham radikal lewat agen yang berpenampilan baik atau good looking hingga hafiz memantik polemik. Fachrul Razi memberikan penjelasan lebih jauh mengenai pernyataannya tersebut.
“Itu acara internal ASN Menpan RB, dengan tema ‘ASN No Radikal’. Ada beberapa narasumber yang diundang, termasuk Menag. Menag memberi masukan pewaspadaan terhadap paham radikal, antara lain yang masuk saat rekrutmen, masuk melalui lembaga pendidikan, dan juga melalui kegiatan ibadah di kantor atau di masyarakat,” kata Fachrul mengawali penjelasannya kepada detikcom, Minggu (6/9/2020).
Fachrul mengatakan dirinya hanya mengingatkan seluruh pihak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya paham radikal. Menurut Fachrul, pengurus masjid di instansi pemerintah harus benar-benar dari ASN.
“Untuk itu pengurus-pengurus masjid di instansi pemerintah harus benar-benar dari ASN, bukan dari luar ASN yang berpeluang untuk jalan masuk paham radikal,” ujar dia.
“Jalan masuk paham radikal antara lain juga dari masuknya orang-orang yang berpaham radikal ke masjid, biasanya dimulai dari orang-orang yang good looking, berbahasa Arab baik dan pengetahuan agama cukup, yang kemudian setelah diterima di kepengurusan masjid, mulai menyebarkan ajaran-ajaran radikal, biasanya kemudian membawa masuk juga teman-temannya yang berfaham sama. Ini perlu diwaspadai ASN,” sambung Fachrul.
Wakil Panglima TNI ini mengatakan seharusnya pernyataan tersebut tak menyinggung orang-orang yang tidak mempunyai niat buruk. Dia lantas membandingkan dengan aktivitas di dunia intelijen.
“Kata-kata itu harusnya tidak bermaksud menyinggung orang yang tidak berniat buruk. Sama seperti kalau saya mengatakan penyusupan intelijen biasanya dimulai dari memasukkan wanita-wanita cantik berpengetahuan luas ke dalam pergaulan elit; dengan pernyataan itu saya pikir tidak akan ada wanita cantik berpengetahuan luas yang tersinggung,” tutur Fachrul.
Selain itu, Fachrul menjelaskan dirinya juga menyampaikan mengenai program penceramah bersertifikat. Program tersebut diharapkan dapat mencegah pemahaman radikal.
“Menag juga memberi masukan tentang program Penceramah Bersertifikat, yang akan membekali para penceramah tentang wawasan kebangsaan. Harapan Menag, program untuk semua agama ini akan dapat menghasilkan penceramah berwawasan luas dan tidak radikal,” ujar dia.
Seperti diketahui, pernyataan Menag Fachrul Razi itu menuai kontroversi. Waketum MUI Muhyiddin Junaidi bahkan meminta Fachrul menarik ucapannya tersebut.
“MUI minta agar Menag menarik semua tuduhannya yang tak mendasar karena itu sangat menyakitkan dan mencederai perasaan umat Islam yang sudah punya andil besar dalam memerdekakan negara ini dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata,” kata Wakil Ketua MUI, Muhyiddin Junaidi, kepada wartawan, Jumat (4/9).
Muhyiddin lantas menyinggung pemahaman Menag Fachrul Razi tentang isu-isu radikal. Jangan sampai, kata Muhyiddin, Fachrul mendukung para pihak yang mempunyai agenda terselubung.
“Pernyataan tersebut justru menunjukkan ketidakpahaman Menag dan data yang tak akurat diterimanya. Seakan yang radikal itu hanya umat Islam dan para huffaz Al-Qur’an. Seharusnya Menag yang berlatar belakang militer lebih mengerti tentang peran umat Islam Indonesia dan menjadikannya sebagai rujukan untuk menciptakan stabilitas nasional, persatuan dan kemajuan di tengah kebinekatunggalikaan,” kata Muhyiddin, yang juga Ketua Hubungan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah. [Net]
Editor: Fajar Maritim