JAKARTA.bipol.co- Data-data menunjukan bahwa jumlah pasien meninggal akibat COVID-19 sudah nyaris mencapai 1 juta, bahkan data Worldometer sudah menulis 1 juta. Lantas apa kata WHO?
Petinggi WHO sudah mengantisipasi tingkat kematian yang tembus 1 juta, bahkan WHO memprediksi jumlah pasien meninggal bisa mencapai 2 juta sembari menunggu kehadiran vaksin.
“Hal tersebut (2 juta kematian) sulit dibayangkan tetapi bukannya tidak mungkin jika kita melihat telah kehilangan 1 juta orang dalam sembilan bulan,” ujar Direktur Eksekutif WHO Mike Ryan seperti dikutip dari CNBC, Senin (28/9/2020).
Mike Ryan lantas bertanya apakah dunia sudah siap untuk meredam kematian COVID-19 agar tak seburuk yang diperkirakan. Saran yang ia berikan adalah supaya pemerintah bekerja semakin intens dengan menerapkan semua protokol.
Ia menegaskan jika semuanya tidak dilakukan, maka kematian bukan hanya 1 juta, tetapi kemungkinan bisa mencapai 2 juta.
“Bukan hanya tes dan lacak, bukan juga perawatan klinis, bukan hanya social distancing, bukan hanya kebersihan, bukan hanya masker, bukan hanya vaksin. Laksanakan semuanya,” ujar Mike Ryan.
WHO juga khawatir karena berbagai negara sudah masuk musim gugur, tetapi kasus sudah melonjak padahal musimnya baru dimulai. Masyarakat juga diminta agar tidak hanya mengandalkan vaksin COVID-19 saja, sebab banyak orang yang bisa meninggal saat menanti vaksin.
“Orang-orang akan meninggal sia-sia dan (itu) tak bisa kita terima di saat kita menunggu vaksin,” ujar Bruce Alyward, penasihat senior WHO.
Sebelumnya, media Tiongkok menghapus berita yang berkata WHO merestui vaksin COVID-19 buatan China. Berita itu mengambil potongan ucapan kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan.
Hingga Jumat 25 September petang, media China Global Television Network (CGTN) masih menampilkan berita berjudul “Vaksin COVID-19 milik China terbukti sukses di uji-uji klinis: WHO”.
Isi beritanya tidak memakai kutipan langsung dari Soumya Swaminathan, namun ditulis seakan WHO telah merestui vaksin COVID-19 dari China yang sudah lolos uji klinis. Padahal, konteksnya WHO hanya menyorot perkembangan vaksin di China.
Berita itu sudah dihapus di CGTN, namun ada berita lain yang mirip tetapi judulnya berbeda, yakni “Kepala ilmuwan WHO berbicara tentang program pengembangan vaksin.”
Pada berita baru tersebut, media Tiongkok menampilkan kutipan yang cukup lengkap dari Soumya Swaminathan. Kutipan tersebut memakai kata “apabila” vaksin China terbukti berhasil.
“Kami telah melakukan diskusi-diskusi yang sangat konstruktif dan terbuka dengan mereka (China), dan mereka selalu menegaskan komitmen terkait akses global apabila beberapa (vaksinnya) benar-benar terbukti di uji-uji klinis yang berlangsung,” tulis Soumya seperti dikutip CGTN, Sabtu (26/9/2020).
Hingga kini, belum ada vaksin COVID-19 yang sudah lolos semua fase uji. Meski demikian, WHO menargetkan pada akhir 2021 ada dua miliar dosis vaksin yang tersedia. [Net]
Editor: Fajar Maritim