JAKARTA.bipol.co – Qlue dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berkomitmen menciptakan kota cerdas (smart city) untuk mempercepat perubahan positif guna mewujudkan Indonesia sebagai smart nation dengan menggelar Smart Citizen Day 2019.
“Selama ini Qlue lebih banyak digunakan untuk melapor, tapi kami banyak bekerja di balik itu,” kata Co-Founder dan Chief Technology Officer Qlue, Andre Hutagalung, di Kominfo Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Kedua pihak menginisiasi Smart Citizen Day pada 28 Maret 2019 sebagai perayaan puncak deklarasi dan selebrasi untuk mendukung gerakan smart citizen di Indonesia.
Andre mengatakan solusi teknologi Qlue siap mendukung program 100 smart city Indonesia dan telah diaplikasikan di berbagai kota, institusi dan perusahaan.
“Qlue menyediakan platform berbasis Artificial Intelligence, Internet of Things (IoT) serta integrasi data yang bertujuan meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi dalam menangani permasalahan kota,” ujar Andre.
Deklarasi ini dibuat untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa partisipasi mereka sangat penting untuk mewujudkan smart city. m”Perubahan dimulai dari masyarakat,” ujar Andre.
Andre mengklaim Smart Citizen Day sebagai gerakan smart citizen pertama di Indonesia dan dunia. “Ini nanti dicanangkan lewat deklarasi 34 putra-putri bangsa mewakili provinsinya,” ujar dia.
Para pemuda-pemudi yang terpilih adalah mereka yang terbukti bermanfaat bagi masyarakat sekitar, baik lewat komunitas maupun perorangan.
Smart Citizen Day juga menghadirkan kisah inspiratif dari 19 pembicara kunci lintas sektor yang akan memberikan pencerahan cara mempercepat perubahan positif, inovasi serta kreasi bisnis di era digital, hingga mewujudkan smart business di Indonesia.
Selain itu, Qlue juga menghadirkan instalasi art-technologi, pameran solusi teknologi dari Qlue dan partner bisnis yang dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitas perusahaan.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan smart citizen adalah bagian dari literasi digital yang selama ini terus dijalankan.
“Supaya kita bisa memanfaatkan ruang baru (siber) dengan teknologi baru lebih kepada manfaat, daripada terlalu berkutat di risikonya,” ujar Semuel. (ant)
Editor Deden .GP