BANDUNG,bipol.co – MS Kaban tokoh politik dan sosok yang sangat dihormati khususnya bagi kader Partai Bulan Bintang (PBB), sebelum aktif di partai politik ternyata menempuh kehidupan sebagai aktivis mahasiswa.
“Saya tuh bermula dari ikut aktif di resimen mahasiswa, dari resimen mahasiswa kemudian ikut gerakan masjid kampus terus ikut HMI dan mengikuti semua jenjang training HMI kemudian saya kuliah menyelesaikan di Jayabaya, IPB dan mendapat gelar doktor dari Kangwon National University di Seoul Korea Selatan.” ujar MS Kaban kepada bipol.co usai menghadiri kegiatan Siyasah Institute di Warung Sigab. Jl Ciganitri, Kecamatan Bojongsoang, Rabu (10/04/2019).
Dirinya juga menceritakan pengalamannya terjun ke politik, hingga menjadi salah satu pelopor berdirinya Partai Bulan Bintang.
“Bergabung ke PBB dari awal, sejak proses berdirinya PBB atau sejak ide menggagas perlunya partai politik Islam. Saya termasuk bersama ustad Sidieq Amien, Abdul Qadir Jaelani, Ahmad Sumargono dan juga banyak tokoh-tokoh nasional seperti Anwar Haryono, ikut membidani lahirnya PBB,” ungkap Kaban yang menegaskan lahirnya PBB untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan terjadi di Indonesia.
Pria kelahiran Binjai, Sumatera Utara 1958 itu menegaskan, PBB hadir juga untuk mewadahi kekuatan politik islam. Karena Kaban merasa Indonesia sebagai sebuah negara besar yang mayoritas muslim, sudah seharusnya kekuatan politik Islam dihimpun dalam satu wadah.
“Maka dengan wadah ini aspirasi-aspirasi dan kepentingan kaum muslimin dapat memberikan sumbangan bagi terwujudnya cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia,” tuturnya.
Baginya, hidup berbangsa dan bernegara merupakan suatu cita-cita yang harus diwujudkan.
“Kita didalam membangun negara ini harus konsisten mewujudkan. apa menjadi amanah pembukaan undang-undang dasar 1945 itulah yang harus kita wujudkan dalam bernegara dan berbangsa. Didalam muqaddimah (pembukaan) jelas bahwa kita ini negara berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa dengan semangat kemanusiaan yang adil dan beradab jadi untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur ini , jadi tidak ada dikotomi.” tegas mantan menteri kehutanan tahun 2004-2009 itu.**
Reporter : Alvian Hamzah
Editor : Herry Febriyanto