JAYAPURA.bipol.co – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Heru Kristiyana mengatakan investor baru Bank Muamalat harus bisa memberikan manfaat bagi pertumbuhan bank tersebut maupun industri keuangan syariah secara keseluruhan.
“Kita tidak boleh sembarangan, karena kita berhadapan dengan bank syariah besar,” kata Heru saat ditemui di Jayapura, Papua, Selasa (30/4/2019) .
Heru menjelaskan investor baru Bank Muamalat harus mempunyai skema penyelamatan bank yang jelas agar bank bisa berkembang lebih baik dan memberikan kontribusi besar kepada industri keuangan syariah.
“Skemanya seperti apa? Memberikan manfaat kepada bank dan industri syariah atau tidak? Kalau tidak memberikan manfaat atau lebih jelek, lebih baik delete,” katanya.
Selain itu, investor tersebut harus mempunyai modal besar yang ditunjukkan secara serius dengan menyetor uang escrow sebagai bentuk perjanjian legal.
“Para pelamar harus betul-betul punya mahar, punya modal, dan cara menyehatkan seperti apa. Kalau punya modal, cukup dengan menaruh escrow, bisa berapa saja untuk menunjukkan kesungguhan,” ujar Heru.
Meski demikian, ia mengakui hingga saat ini belum ada investor yang benar-benar serius untuk menanamkan modal di salah satu bank syariah tertua di Indonesia ini.
“Banyak calon investor yang datang dan pergi, kalau hanya Rp1 triliun tidak cukup. Jangan sampai selagi hangat, begitu masuk sudah adem. Kalau seperti itu, nanti dua atau tiga tahun lagi perlu modal lagi,” ujarnya.
Menurut dia, kalau investor tidak memiliki suntikan modal yang memadai, maka Bank Muamalat dapat rentan dari gejolak ketika kembali mengalami kekurangan dana atau terdampak dari krisis.
“Jadi begitu masuk, bank betul-betul harus berkembang dan sehat. Kalau tidak sehat dan tidak berkembang, buat apa? Bank di pengawasan kita harus ada kontribusinya, karena cost-nya tidak murah,” katanya.
Dengan kondisi tersebut, OJK sebagai fasilitator akan berhati-hati dalam menentukan investor baru, apalagi umat sedang menanti kelanjutan dari masa depan Bank Muamalat.
“Kita awasi saja, kalau investor punya track record jelek sebaiknya jangan. Kita tidak boleh sembarangan, kita tidak mau deal dengan ketidakpastian karena berbahaya,” ujar Heru. (ant)
Editor Deden .GP