LONDON.bipol.co – Karya para seniman dari Indonesia kembali menjadi salah satu tampilan yang menarik di ajang pameran seni (fine arts) tertua dan terbesar di dunia, Venice Art Biennale (VAB) ke-58, di kota Venice, Italia berlangsung selama enam bulan dan dibuka untuk umum mulai 11 Mei hingga 24 November mendatang.
Minister Counselor Pensosbud KBRI Roma, Charles Ferdinand Hutapea kepada Antara London, Jumat (10/5/2019) menyebutkan Paviliun Indonesia bertempat di kawasan Arsenale menampilkan karya seni instalasi oleh tim artistik yang terdiri dari seniman Syagini Ratna Wulan dan Handiwirman Saputra, dengan kurator Asmudjo Jono Irianto dan ko-kurator Yacobus Ari Respati.
Tema yang diangkat kali ini adalah “Lost Verses: akal tak sekali datang, runding tak sekali tiba”, berasal dari peribahasa Minang yang dapat diinterpretasikan sebagai masuknya suatu hal ke dalam pikiran dan perasaan seseorang melalui proses negosiasi yang panjang.
Paviliun seluas 500 m2 ini adalah bekas gudang senjata tua di tepi laut yang diisi dengan serangkaian instalasi terdiri dari lima komponen karya, yaitu: Meja Runding, Buaian, Susunan Kabinet, Ruang Merokok, dan Mesin Narasi. Di sini, para penikmat seni berkesempatan untuk memiliki interpretasi masing-masing terhadap karya yang ditampilkan.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Triawan Munaf secara resmi membuka Paviliun Indonesia pada tanggal 8 Mei lalu yang dihadiri sejumlah undangan yang terdiri dari pegiat dan pecinta seni dari berbagai negara. Acara pembukaan juga diwarnai dengan pemotongan tumpeng dan suguhan kopi Indonesia.
Dalam sambutannya, Kepala BEKRAF menyampaikan bahwa dalam pameran kali mencerminkan keunikan Indonesia dalam Bhinneka Tunggal Ika. “Paviliun Indonesia tidak lagi menampilkan karya seorang seniman tunggal, namun merupakan akumulasi visi dari beberapa seniman yang bergabung dalam satu tim, melakukan proses negosiasi ide di tengah keragaman,” demikian disampaikan Kepala BEKRAF.
Syagini Ratna Wulan menyatakan rasa gembiranya setelah Paviliun Indonesia resmi dibuka. “Mempersiapkan Paviliun Indonesia sangat melelahkan dalam waktu yang relatif sempit. Tetapi hari ini sangat menyenangkan, karena karakter utama Indonesia, yaitu hospitality (keramahan) terasa kepada semua hadirin,” tuturnya. (ant)
Editor Deden .GP