BANDUNG, bipol.co – Sebanyak 12.048 hektare lahan pertanian di Jawa Barat tercatat mengalami kekeringan dengan klasifikasi ringan, sedang, berat, hingga puso atau gagal panen. Kekeringan tersebut karena musim kemarau dan rusaknya saluran irigasi serta perilaku tanam petani.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jabar, Linda Al Amin, menyebut kekeringan yang terjadi juga tidak lepas dari ketidakpatuhan petani dalam penerapan kalender tanam. Para petani di Jawa Barat kerap melakukan pola tanam bersamaan saat kemarau.
“Musim kemarau ‘kan harusnya tanamnya bergantian agar bisa mengatur penggunaan air, tapi masih ada yang paksa tanam bersamaan,” ujarnya di Bandung, Kamis (4/7/2019).
Menurutnya, ketidakpatuhan para petani dalam penerapan kalender tanam juga diperparah karena pasokan air yang terus menipis memasuki musim kemarau. Hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada produksi padi dan terjadi puso atau gagal panen.
“Banyak jaringan irigasi rusak, jadi airnya gak sampe ke sawah-sawah. Jadi bertambah area luas sawah yang kekeringan,” imbuhnya.
Linda mengungkapkan, dari kekeringan yang tercatat, dampak paling parah biasa terjadi di wilayah Utara Jawa Barat. Namun, pihaknya memastikan sumber air di Waduk Jatigede dan Waduk Jatiluhur aman untuk persediaan air beberapa bulan ke depan.
“Pembagiannya harus diatur agar semua terairi karena suplai air tidak sebesar saat musim hujan. Nanti petugas palang pintu air membantu gilir pasokan air, biar semuanya tetap terairi,” ujar dia.**
Reporter: Iman Mulyono
Editor: Hariyawan