CIANJUR, bipol.co – Sebanyak lima unit alat deteksi dini (early warning system) tsunami di pesisir pantai selatan Cianjur kondisinya rusak.
Padahal, di sisi lain, wilayah selatan Kabupaten Cianjur cukup potensial terjadi tsunami karena memiliki garis pantai sepanjang 77 kilometer yang terhubung langsung ke laut lepas Samudera Hindia.
“Lima alat deteksi dini tsunami yang terpasang di pesisir pantai selatan Cianjur itu merupakan hibah dari BNPB dan BMKG. Saat ini kondisi kelima alat tersebut rusak,” kata Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur, Sugeng Supriyatno, Sabtu (10/8/2019).
Sugeng mengaku Pemkab Cianjur bukan tidak ada keinginan merawat atau memperbaiki alat deteksi dini tsunami tersebut. Namun sejak awal terpasang sekitar lima tahun lalu, sampai sekarang belum ada serah terima barang dari pemerintah pusat ke Pemkab Cianjur.
“Kami jadi dilematis. Kalau alat deteksi dini tsunami itu kita perbaiki tanpa ada serah terima, tentu bisa jadi masalah. Tapi di sisi lain, alat deteksi dini tsunami itu relatif urgen karena potensinya ada di Cianjur,” jelasnya Sugeng.
Pemasangan kelima alat deteksi dini tsunami itu tersebar di Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang, dan Cidaun. Wilayah tersebut merupakan daerah pesisir pantai selatan di Kabupaten Cianjur.
“Sebetulnya kami juga sudah merencanakan membeli alat deteksi dini tsunami yang dialokasikan dari APBD Kabupaten Cianjur. Namun kendalanya kami tidak mengetahui berapa pastinya harga unit EWS tsunami itu. Jangan sampai setelah kami alokasikan anggarannya, tapi ternyata harga pembeliannya di atas yang kami alokasikan. Kan bisa jadi dana yang sudah dialokasikan jadi tak terserap,” tandas Sugeng. **
Reporter : Andi
Editor : Herry Febriyanto