“Pertumbuhan jumlah layar bioskop di Indonesia naik lebih dari dua kali lipat. Dari sebanyak 800 layar di tahun 2014 sekarang jumlahnya sudah di atas 2.000 layar,” kata Wakil Kepala Bekraf Ricky Pesik di sela penyelenggaraan Workshop Digitisasi dan Monetisasi Arsip Audiovisual di Hotel Alila Solo, Rabu (25/9/2019).
Dari sisi jumlah penonton film bioskop di Indonesia pada 2014 sekitar 18 juta orang dan pada 2018 mencapai 52 juta orang.
“Jumlahnya naik tiga kali lipat. Ini potensi yang sangat besar. Kita juga masih punya ruang pertumbuhan yang besar,” katanya.
Menurut dia, jumlah layar bioskop di Indonesia masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.
“Kalau dibandingkan dengan negara lain, seperti Korea Selatan, jumlah layar bioskopnya mencapai 5.000 layar dengan jumlah penduduk 60 juta, Tiongkok dengan jumlah penduduk hampir dua miliar orang memiliki layar bioskop 80.000,” katanya.
“Ini perlu SDM bagus. Selain itu, akses permodalan, infrastruktur baik fisik maupun digital, dan pemasaran, terutama di pasar internasional. Di sisi lain, Presiden menargetkan 5.000 layar bioskop,” katanya.
Nantinya, Bekraf juga mengembangkan potensi perfilman daerah dengan mengangkat kekayaan di setiap daerah di Indonesia.
Pada kegiatan tersebut, dilakukan pula penandatanganan kerja sama antara Bekraf dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) serta kerja sama Bekraf dengan INA.
INA adalah lembaga konservasi, riset, dan pelatihan arsip audiovisual di Paris, Prancis yang memiliki pengalaman panjang dalam pengelolaan arsip digital audiovisual, di antaranya film dan animasi.
“Kegiatan ini bertujuan membuat ‘joint project’ untuk mendigitisasi arsip audiovisual dan merancang mekanisme pengelolaan kekayaan intelektual dan komersialisasinya, termasuk membuat kerangka kerja sama jangka panjang hingga 10 tahun yang mencakup pelatihan kejuruan hingga pelatihan SDM bidang ini,” kata Deputi Hubungan Antarlembaga dan Wilayah Bekraf Endah Wahyu Sulistianti. (ant)