BANDUNG.bipol.co – Di era digital saat ini informasi dapat tersebar secara luas dan dapat diakses dengan mudah. Namun, dengan banyaknya informasi, tidak sedikit ada informasi yang hoax.
Informasi hoax sangat berbahasa karena dapat menimbulkan kesalahpahaman masyarakat dalam mencerna informasi.
Menanggapi hal tersebut, Ketua PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia Praratya mengatakan di era digital saat ini pemerintah harus mampu menjadi jembatan informasi kepada masyarakat supaya hoax dapat teratasi.
“Ya, jadi begini, karena bagaimanapun juga Informasi yang disampaikan sangat bertubi-tubi sehingga kita harus mampu untuk menjadi jembatan informasi kepada masyarakat juga,” kata Atalia saat jumpa wartawan seusai mengisi Kuliah Umum tentang ‘Hoax, Sosial Media dan Perempuan dalam Revolusi Industri 4.0’ di Universitas Widyatama, Kota Bandung, Selasa (1/01/2019).
Ia menilai informasi yang masuk itu rata-rata direspon terlalu cepat sehingga tidak sempat untuk dikonfirmasi. “Tentu saja sebelum kita tahu bahwa benar atau tidak, kita juga harus tahu apakah bermanfaat atau tidak, jangan terlalu cepat untuk menyimpulkan dan menyebarkan lagi,” lanjutnya.
Istri Ridwan Kamil ini menyebut bahwa pemerintah sudah luar biasa memberikan undang-undang ITE dan MUI juga sudah memberikan fatwanya jadi kita tahu sudah dilarang menyebarkan hoax. Kendati demikian, Atalia mengungkapkan sangat penting menjegah hoax dari diri sendiri.
“Tapi saya kira yang paling penting adalah bagaimana dari diri sendiri, karena setelah informasi itu disampaikan, maka sulit sekali untuk diklarifikasi kepada masyarakat. Oleh Karenanya siapa yang menerima itu tahan dulu, sampai kita tahu dari media mainstream dan itu adalah informasi yang benar, seperti itu,” tuturnya.
Atalia khawatir karena kondisi saat ini, nyawa bisa hilang karena akibat berita hoax ini tentu menjadi perhatian khusus bagi seluruh elemen masyarakat. Ia menyebut saat ini pihaknya sedang mengupayakan untuk memberantas hoax dengan melakukan deklarasi anti hoax.
“Makanya saya bergerak saat ini lewat program saya dari kota/kabupaten untuk mensosialisasikan tentang bahaya hoax ini. Kami juga bersama SMA, SMK dan SLB se-Jawa Barat Berdeklarasi anti hoax dengan harapan adalah supaya banyak sekali masyarakat yang mampu untuk tercerahkan, begitu,” jelas Atalia Kamil sapaan akrabnya.
Sementara itu, ia memaparkan bahwa informasi terbaik didapat dengan cara literasi. Literasi tidak hanya membaca dan menulis, tetapi bagaimana memaknai sebuah kata dan mencernanya itu adalah makna juga dari literasi.
“Saya berharap mudah-mudahan literasi di Indonesia ini, khususnya di Jawa Barat bisa ditingkatkan supaya kita betul-betul bisa menjadi generasi pembelajar akan bahan terkait dengan hoax,” pungkasnya.
Reporter : Abdul Basir
Editor : Deden .GP