“Produktivitas didapat dari faktor produksi, capital, tenaga kerja dan keseluruhan dari teknologi,” katanya setelah membuka Forum Internasional Tahunan tentang Kebijakan Publik dan Pembangunan Ekonomi (AIFED) ke-9 di Nusa Dua, Bali, Kamis (5/12).
Menurut dia, untuk modal atau capital, selama lima tahun terakhir telah membangun infrastruktur secara masif dan akan terus dilanjutkan.
Tugasnya, lanjut Suahasil, bukan hanya dijalankan oleh pemerintah tetapi juga sektor swasta atau badan usaha yang ikut berkontribusi untuk mendorong kualitas SDM.
“Kami menyemangati (badan usaha) melalui berbagai macam insentif pajak, melalui pelatihan, penelitian dan pengembangan, melajar mengajar di universitas bisa lebih bebas, dan mengurangi hambatan birokrasi,” katanya.
Selain modal dan tenaga kerja, faktor teknologi juga diperlukan khususnya dari investor asing dan domestik yang menanamkan modalnya langsung (FDI) di Indonesia.
Khusus untuk FDI, lanjut dia, dunia usaha menginginkan iklim yang kondusif dan pasti di antaranya kecukupan infrastruktur, kepastian hukum seperti dari regulasi, ketersediaan listrik, konektivitas dan peraturan sektoral juga mendukung.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2019 sebesar 5,02 persen.
Angka tersebut melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,17 persen.
Meski demikian, Suahasil menilai pertumbuhan ekonomi RI yang berada di kisaran lima persen masih lebih baik dibandingkan negara lain yang melemah seperti China dan India.
Forum yang diadakan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan tahun ini dihadiri akademisi, peneliti dan pemerhati kebijakan publik dan ekonomi dari dalam dan luar negeri.
Tahun ini forum ke-9 itu mengangkat tema produktivitas dan daya saing setelah tahun-tahun sebelumnya membahas terkait jebakan negara pendapatan menengah atau middle income trap, transformasi ekonomi dan teknologi. (ant)