“Sejak SEA Games, animonya semakin meningkat dan anak-anak lebih senang dan banyak mau coba polo air,” ungkap Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PRSI Wisnu Wardhana yang ditemui di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (17/12).
Kendati begitu, pembinaan atlet polo air dinilai Wisnu masih minim dan terbatas. Pada kejuaraan nasional Indonesia Open Aquatic Championship (IOAC) 2019, misalnya, hanya ada tujuh provinsi yang mengirim timnya ikut serta. Tujuh provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jambi, Jawa Timur, DIY, Kalimantan Timur, dan Sumatera Utara.
“Enggak krisis (atlet). Tetapi karena prioritas pembinaan tiap daerah berbeda. Mereka biasanya prioritasnya renang. Alasan kedua mungkin polo air hanya dapat satu emas,” katanya.
Pelatih tim polo air DKI Jakarta Benny Respati pun mengatakan hal serupa. Ia berpendapat bahwa semenjak timnas Indonesia berhasil merebut emas di SEA Games 2019, itu cukup berpengaruh kepada para atlet junior. Ia berharap atlet timnas yang berasal dari provinsinya masing-masing bisa menularkan semangat kepada para atlet muda.
“Hype-nya memang sedang naik. Beberapa atlet timnas ada dari Jabar, DKI. Dari Jambi juga ada yang main di timnas jadi mungkin tertular (semangatnya),” ucapnya.
Berkat momen emas SEA Games 2019 juga, PB PRSI berencana akan mengadakan liga polo air antarpelajar, antarklub, dan antarmahasiswa pada awal tahun 2020. Harapannya, cabang polo air bisa lebih dikenal masyarakat layaknya olahraga permainan lainnya seperti sepak bola dan basket.
“Kami ingin meyakinkan masyarakat bahwa polo air itu seru, dan kita juga akan mengadakan liga, liga mahasiswa dan pelajar, dan klub,” kata Wisnu.
Apabila kejuaraan pertama sukses digelar, Wisnu menyatakan tidak menutup kemungkinan pada turnamen selanjutnya akan diadakan di beberapa kota lainnya.
“Sistem liganya satu kompetisi dulu, setelah melihat hasilnya bagaimana, kita akan keliling mungkin di Bandung, Bali, dan kota-kota lainnya,” ujarnya. (ant)