“Maarif Award ini merupakan ikhtiar menemukan pribadi-pribadi penggerak dan tangguh yang berjuang untuk kemanusiaan di tingkat akar rumput,” kata salah satu Dewan Juri Maarif Award 2020, Clara Joewono, saat jumpa pers di Kantor Maarif Institute, Jakarta Selatan, Rabu (18/120.
Maarif Award adalah program penghargaan dua tahunan yang digelar Maarif Institute. Penghargaan ini diberikan untuk mengangkat model-model keteladanan dan kepemimpinan lokal dengan komitmen terhadap nilai-nilai kebinnekaan, anti kekerasan, dan anti diskriminasi.
“Penyelenggaraan award tahun ini diharapkan menemukan sosok ataupun institusi yang mampu menjadi antitesis sekaligus siasat cerdas dalam menanggapi tantangan kemajemukan yang kini membayangi masyarakat Indonesia,” kata Clara.
Dewan Juri akan mencari sosok yang berada di daerah yang mengabdikan dirinya untuk kegiatan-kegiatan sosial demi kepentingan kemanusiaan, kepentingan agama dan kepentingan bangsa dengan tulus.
“Kita akan mencari orang biasa dengan karya yang luar biasa,” ucap Clara.
Dewan Juri lainnya, Nezar Patria menyebutkan, penerima Maarif Award haruslah orang-orang yang tak hanya memiliki komitmen pada kebhinnekaan, tapi juga mampu mendorong kemandin’an warga untuk peningkatan kualitas hidup serta pemuliaan harkat dan martabat manusia.
“Merebaknya ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoaks)juga telah menjadi ancaman nyata atas kebinekaan Indonesia hari ini,” katanya.
Oleh karenanya, penting dan mendesak untuk mengangkat profil-profil pejuang moderasi dalam Wujud para pemimpin lokal yang memperjuangkan nilai-nilai keindonesiaan dan kemanusiaan.
Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abd Rohim Ghazali, menambahkan, Maarif Award tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ke delapan setelah diselenggarakan sejak tahun 2007.
Dari tujuh kali penyelenggaraan itu, terdapat sebelas pejuang kemanusiaan di tingkat lokal. Kesemuanya ditemukan dari pelosok Nusantara, dari Poso, Ambon, Lombok, Blitar, Salatiga, Magelang, Cilacap, Semarang, Medan, Padang dan Sikka (NTT).
“Para pejuang kemanusiaan itu ditemukan oleh publik dari beragam lokasi, yang tak pernah terkira sebelumnya. Mereka bekerja di dalam segala keterbatasan. Tetapi, semangat juang dan dampak positif yang dihasilkan mampu melampaui keterbatasannya,” kata Rohim.
Selain Clara Joewono dan Nezar Patria, dewan juri lainnya, yakni Pdt Gomar Gultom (Ketua PGI), Nezar Patria (Jumalis Senior), Prof Rhenald Kasali (Akademisi) dan M Tafsir (Penerima MAARIF Award 2008).
Selain memiliki komitmen pada perjuangan kebhinekaan, calon penerima Maarif Award akan dinilai dari kerja-kerja kemanusiaan yang dipeloporinya untuk publik yang lebih luas.
Kehadirannya mampu mendorong partisipasi warga yang lebih luas untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan sekaligus mampu menjembatani perbedaan dan kebhinekaan yang hadir di tengah masyarakat.
Publik juga bisa turut terlibat dalam program ini. Keterlibatan tersebut dalam bentuk perekomendasian atau pengajuan nama-nama yang dianggap layak untuk mendapatkan Maarif Award.
Maarif Institute telah menyediakan formulir pencalonan yang bisa diunduh di www.maarifinstitute.org. Pengiriman berkas pencalonan diterima selambatnya pada 29 Februari 2020.
Seluruh berkas pencalonan itu bisa dikirimkan via surat elektronik kemaatif@maarifinstitute.org atau bisa juga dikirim langsung ke MAARIF Institute Jl Tebet Barat Dalam 2 Nomor 6, Tebet, Jakarta 12810. (ant)