Salah seorang perwakilan warga Cirendeu, Yana mengatakan bahwa setiap tahunnya Kampung Cirendeu selalu mengenang tragedi tersebut. Tragedi yang dijadikan sebagai peringatan HPSN itu, menurutnya adalah bencana kemanusiaan karena ulah manusia.
“Kami selalu melaksanakan (peringatan HPSN), dan mengingatkan bahwa ini bukan bencana alam, ini adalah bencana kemanusiaan, ini sebuah momentum bersejarah,” kata Yana dalam acara HPSN di lokasi eks TPA Leuwigajah, Kota Cimahi, Jumat (21/2).
Tragedi yang menewaskan sebanyak 157 jiwa itu menurutnya adalah bukti bahwa pengelolaan sampah dari para pemangku kebijakan yang kurang tepat. Meski sudah tak lagi menjadi tempat pembuangan akhir (TPA), eks TPA Leuwigajah itu ia harap bisa kembali seperti kondisi semula.
“Kami sebagai warga sangat merasa prihatin, ternyata pemerintah masih jauh dari harapan kami terkait bagaimana pemerintah memberikan edukasi (pengelolaan sampah), dan juga eks TPA ini bisa dikembalikan sebagaimana asalnya,” kata dia.
Sebagai warga kampung adat Cirendeu, ia mengakui pihaknya minim pengetahuan mengenai tata cara pengelolaan sampah yang baik. Pasalnya, kata dia, yang warganya ketahui hanyalah bagaimana cara menjaga alam tanpa adanya sampah.
“Eks TPA Leuwigajah ini mohon dinormalisasi, jadi harus ada kejelasan, ini harus dikembalikan ke asal (alam),” katanya.
Sementara itu, Sekda Kota Cimahi Dikdik Suratno Nugrahawan mengatakan tragedi itu cukup menjadi catatan bagi Pemerintah Kota Cimahi dalam mengelola sampah. Karena menurutnya kawasan tersebut lebih cocok apabila dijadikan ruang terbuka hijau (RTH).
“Apa yang terjadi 15 tahun lalu menjadi catatan bagi kita agar lebih bijak dalam menjaga lingkungan hidup,” katanya.
Sejauh, kata dia, ini pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi sudah mengedukasi kepada masyarakat tentang cara pengelolaan sampah.
Selain untuk warga Cirendeu, menurutnya edukasi mengenai pengelolaan sampah juga berlaku bagi masyarakat wilayah Bandung dan sekitarnya. Sehingga menurutnya sampah bisa diminimalisasi dari sumbernya.
“Kami menggerakkan kader lingkungan sampai ke tingkat RW (rukun warga), kita memiliki sekitar 312 RW se-Cimahi, kita akan pastikan kader paham tentang mengelola sampah, sehingga sampah yang dihasilkan berkurang,” kata Dikdik. (net)