SUKABUMI, bipol.co – Ketua Tanfidziyah Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Cicurug Sukabumi, Kiai A. Moch. Anwar Saddat, menyerukan pentingnya umat Islam selalu menjaga kerukunan berbangsa dan beragama untuk menunjukkan bahwa Islam sebagai rahmatan lil alamin. Seluruh umat Islam yang ada di Indonesia harus berdiri paling depan dalam menjaga keutuhan NKRI.
Seruan Kiai Anwar itu disampaikan pada pembukaan halaqoh kebangsaan bertema ‘Meneladani Sifat Rahmatan lil’alamin, Menangkal Segala Bentuk Faham Ekstremisme, Radikalisme, dan Intoleransi yang Mengancam Kerukunan Umat’ bertempat di Aula Pesantren Global Insani Mandiri (GIM) Karangsirna, Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Minggu (23/2/2020).
“Konsep ke-Islaman Indonesia merupakan kesepakatan para alim ulama. Karena itu, umat Islam di Indonesia harus menjaga agama juga keutuhan bangsa,” ujar dia.
Kiai Anwar mengharapkan kegiatan halaqoh kebangsaan di Cicurug dapat bergema hingga ke tingkat nasional. Halaqoh tersebut dapat menjadi modal untuk menjaga dan mempertahankan NKRI.
Pada halaqoh yang digelar oleh MWC NU Cicurug itu, juga hadir sebagai pembicara antara lain Kapolsek Cicurug, Komisaris Polisi Simin A. Wibowo; Kabid Bina Ideologi, Wasbang, dan Ormas pada Kesbangpol Kabupaten Sukabumi, Ediyatna Susila, SH., MM., Pengasuh Pesantren Al-Hasaniyah yang juga Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Sukabumi, KHR. Rahmat Fauzi; dan Agung Priyaguna Irfan (budayawan).
Dalam ceramahnya, Kapolsek Cicurug mengatakan sebagai pengayom masyarakat, Polri selalu memperbanyak silaturahmi agar selalu dekat dengan berbagai kalangan masyarakat.
“Jangan sampai, ada anggota Polri yang menyakiti masyarakat, tidak beretika, atau berperilaku yang tidak baik,” katanya.
Sementara itu, Ediyatana mengatakan radikalisme merupakah tindakan yang menghendaki perubahan secara cepat. Kesbangpol Kabupaten Sukabumi selalu melakukan pendekatan ke berbagai kalangan untuk mengantisipasi radikalisme dan ekstremisme melalui forum-forum yang eksis di tengah masyarakat.
“Radikalisme lahir dari sikap ego sektoral, yaitu sikap yang lebih mengedepankan perbedaan daripada persamaan,” kata Ediyatna.
KHR. Rahmat Fauzi dalam ceramahnya menyampaikan, radikalisme bisa memapar siapa saja, baik kalangan agamawan, Aparatur Sipil Negara (ASN), kaum milenial, atau masyarakat biasa.
Agar Islam dapat menjadi rahmatan lil alamin, ujar dia, umat Islam harus mempelajari perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW.
Secara garis besar perjalanan hidup Nabi dibagi ke dalam 3 periode, yaitu periode Mekah (paradigma Ukhuwah Islamiyah), periode Madinah (paradigma Ukhuwah Wathaniyah), dan periode Haji Wada’ (paradigma Ukhuwah Basyariah/nilai nilai kemanusiaan).
“Periode ke tiga ini merupakan masa berkembangnya nilai-nilai kemanusiaan. Rasulullah mempunyai tugas menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ada pendapat yang mengartikan bahwa cakupan rahmat bagi alam seisinya berarti memberikan ruang gerak bagi tumbuhnya masyarakat plural yang senantiasa cinta damai dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan peradaban,” kata Rahmat Fauzi.**
Reporter: Firdaus | Editor: Hariyawan