“Ibu-ibu hamil saat ini sebaiknya tidak ke pasar dulu, kemudian yang sakit tidak untuk ke pasar dulu, dan anak-anak untuk tidak dibawa ke pasar,” kata Arief dalam konferensi pers bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Nasional, Jakarta, Jumat (20/3).
Ibu hamil dan orang sakit rentan untuk tertular penyakit termasuk Virus Corona yang menyebabkan COVID-19.
Dia mengimbau masyarakat tidak panik dan cemas berlebihan dalam menghadapi COVID-19 melainkan harus mengikuti semua aturan, arahan dan langkah pencegahan penularan dan penyebaran COVID-19 yang disampaikan oleh pemerintah.
Demikian juga, dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia itu mengimbau agar warga yang datang ke pasar tidak membentuk kerumunan karena berpotensi tertular COVID-19.
“Social distancing” bukan hanya melindungi diri agar tidak tertular penyakit dari orang lain tapi juga menjaga jarak agar tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
Orang-orang yang sedang bersin, batuk, dan atau pilek diharapkan memakai masker. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
Tindakan mengikuti arahan pemerintah untuk mencegah penularan COVID-19 dapat melindungi diri dan orang lain dari COVID-19, tapi tindakan itu harus didasari disiplin diri dan tanggung jawab sosial sehingga dapat membantu menghentikan penyebaran COVID-19 di Tanah Air.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan demi mencegah penyebaran penyakit saluran pernafasan karena virus corona jenis baru (COVID-19), masyarakat harus patuh untuk menjaga jarak satu sama lain.
“Pertama, prioritas kita adalah mencegah penyebaran COVID-19 lebih luas lagi. Oleh sebab itu penting untuk dilakukan, yaitu mengurangi mobilitas orang dari satu tempat ke tempat lain. Kita terus menggencarkan sosialisasi untuk menjaga jarak atau ‘social distancing’ dan mengurangi kerumunan yang membawa risiko penyebaran COVID-19,” kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (19/3).