JAKARTA.bipol.co – Novel “Fall Baby” dari Laksmi Pamuntjak meraih penghargaan Best Literary Work – Singapore Book Awards 2020. Penghargaan ini diumumkan oleh Asosiasi Penerbit Buku Singapura secara daring, Kamis (13/8).
Penulis “Aruna dan Lidahnya” itu mengaku tidak menyangka novel itu akan menerima penghargaan. Menurut dia, “Fall Baby” adalah kisah yang perlu diceritakan, sebuah desakan yang dipahami oleh editor Nora Abu Bakar di Penguin Random House SEA.
“Nora menaruh kepercayaan pada kisah Siri, dan penting bagi saya untuk mengetahui hal itu. Keyakinan kemudian membuat prosesnya menjadi mudah dan menyenangkan. Kami sama-sama menginginkan yang terbaik untuk ‘Fall Baby’,” kata Laksmi dalam siaran resmi, Selasa (18/8)
“Fall Baby” merupakan novel pertama berbahasa Inggris Laksmi Pamuntjak yang diterbitkan oleh Penguin Random House SEA.
Setelah terbit pada September 2019, novel ini kemudian menjadi buku laris di kawasan Asia Tenggara.
Di Indonesia, “Fall Baby” terbit dengan judul “Kekasih Musim Gugur” dan resmi dirilis Gramedia Pustaka Utama pada 3 Agustus lalu.
“Setelah sebelumnya terbit dalam Bahasa Jerman sebagai Herbstkind dan dalam Bahasa Inggris sebagai Fall Baby, akhirnya buku ini terbit di tanah airnya sendiri sebagai Kekasih Musim Gugur,” ujar Siti Gretiani, General Manager Gramedia Pustaka Utama.
Siti berharap terbitnya “Kekasih Musim Gugur” bisa mengobati kerinduan pembaca “Amba” yang tak sabar menikmati kepiawaian Laksmi dalam menjalin-kelindan dengan indah masa lalu dan masa kini.
“Kekasih Musim Gugur” dalah kisah dua perempuan, Srikandi (Siri) dan Dara. Yang satu seorang seniman kosmopolitan, yang satunya lagi seorang aktivis politik. Siri adalah anak Amba dan Bhisma, tokoh utama novel pertama Laksmi Pamuntjak, “Amba”.
Setelah bertahun-tahun mengembara di pelbagai kota di dunia—London, New York, Madrid—Siri memutuskan hidup di Berlin untuk menghindar dari masa lalu keluarganya.
Tak disangka, sebuah berita mengejutkan memaksanya pulang ke Jakarta. Di tanah air, Siri harus menghadapi realita keluarganya yang pedih, ditambah dengan jalin-kelindan kompleks antara seni rupa, politik, dan sejarah, terutama ketika salah satu pamerannya dihujat dan dilarang karena dianggap melanggar susila.
Dalam pergulatannya, Siri harus memaknai ulang hubungannya dengan ibunya, Amba; dengan mantan sahabatnya, Dara; dengan anak tirinya, Amalia; dan dengan sejarah bapak kandungnya yang kelam. (net)
Editor Deden .GP