BIPOL.CO, BANDUNG – Dalam ajang Fornas VII 2023 yang berlangsung di Kabupaten Bandung, salah satu yang dipertandingkan adalah panahan tradisional.
Ada puluhan atlet yang hadir dalam pertandingan panahan atau “jamparing” yang digelar di Lapangan Upakarti Komplek Perkantiran Pemerintah Kabupaten Bandung di Soreang, Senin (3/7/2023). Para Atlet jamparing menggunakan kostum atau pakaian adat masing-masing daerah.
Dari obrolan beberapa pemanah, panahan tradisional adalah hobi yang mengasyikan bagi sebagian orang.
“Selain mengasah kemampuan, memanah juga menjadi ajang silaturahmi dengan banyak orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda,” kata Catur Aprianto (41) salah seorang pemanah tradisional asal Solo Jawa Tengah yang tergabung dalam komunitas Jamparingan Solo Raya.
Catur mengaku, bergabung dengan sesama pehobi memanah sejak 2018 lalu, namun meskipun terbilang baru pengalaman tandingnya terbilang luar biasa. Berbagai kejuaraan memanah tradisional diberbagai daerah diluar Jawa Tengah pun pernah ieu ikuti. Bahkan pernah ke Bali. “Kita rombongan, kadang kita tidur di bus,” katanya dan mengaku datang ke Kabupaten Bandung pagi hari menggunakan bus.
Ia mengaku, awalnya coba-coba seperti yang lain. “Karena menyenangkan jadi terus sampai sekarang. Karena dalam olahraga memanah tradisional ini adalah silaturahmi dan persaudaraannya yang utama. Kadang seringkali permainnya cuma sebentar, tapi banyaknya yah kita silaturahminya, kumpul-kumpul ngobrol makan,” kata Catur, saat ditemui disela kejuaraan panah tradisonal pada Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) ke VII 2023 di Kabupaten Bandung.
Menurut Catur, selain silaturahmi, ada kepuasan tersendiri saat melepaskan anak panah menuju bandol target. Apalagi, saat anak panah tepat mengenai bandol target, ada rasa atau sensasi luar biasa yang dirasakan oleh seorang pemanah. Selain bandol target, dalam olahraga panahan tradisional ini juga ada yang sama menggunakan papan target seperti pada olahraga panahan modern.
“Dalam olahraga panah tradisional ini, penilaiannya pun didasarkan pada kejujuran si pemanahnya itu sendiri. Karena kita sama-sama yang langsung menilainya, dilihat dari ciri atau tanda anak panah si pemiliknya, masing-masing,” ujarnya.
Jarak sasaran target, pada olahraga panahan tradisional ini, lanjut Catur, ada dua. Pertama 30 meter untuk target panah bandolan dan 40 meter untuk target panah papan bundar. Dalam satu kotak atau tempat pemanah melepaskan anak panah, terdiri dari beberapa orang pemanah. Nantinya, selain dilihat oleh juri, para pemanah pun sama-sama melihat hasil bidikannya di papan target.
“Busur dan anak panahnya juga tradisional. Bukan seperti yang buatan pabrikan untuk atlet sport prestasi. Kalau ini tradisional, enggak ada pisir, penahan lengan dan lainnya, ini benar-benar insting atau perasaan. Contohnya, karena ini buatan tangan, meskipun anak panah itu punya berat dan panjang yang sama, tapi dia punya karakter masing-masing, beda sama anak panah buatan pabrikan,” katanya.
Akhmad Kholil (55) yang juga dari komunitas Jamparingan Solo Raya menambahkan, anggota komunitasnya itu lebih dari 500 orang. Kata dia, selain komunitasnya, di Jawa Tengah itu bisa dibilang gudangnya para pehobi panahan tradisional. Sehingga, banyak komunitas serupa dengan jumlah anggota ratusan orang. Bahkan ada juga komunitas panahan tradisional yang anggotanya tersebar disemua daerah di Indonesia.
“Olahraga panahan tradisional ini banyak penggemarnya. Tapi memang paling banyak ada di wilayah Jawa Tengah. Harga satu set busur dan 10 buah anak panah itu maksimal Rp 1,5 juta, jadi ini sangat terjangkau untuk semua kalangan, makanya banyak peminat,” ujarnya.
Kehadirannya Catur dan Akhmad serta rombongan dari komunitas Jamparingan Solo Raya pada event Fornas ke VII 2023 di Kabupaten Bandung, adalah perwakilan dari Provinsi Jawa Tengah. Ia bertanding menghadapi peserta lainnya yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Bagi ia dan rombongannya, mengikuti event tersebut bukan soal menang kalah, tapi intinya silaturahmi, bertemu sesama pehobi se Nusantara.
“Saya pertamakali ke Kabupaten Bandung, tempatnya bagus. Cuacanya juga adem enggak panas, orang-orangnya sangat ramah dan menyenangkan. Ini pengalaman yang menyenangkan,” katanya.(adr).
Editor: Deddy