Titiek Puspa Wafat dalam Usia 87 Tahun, Sempat Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H

- Editor

Kamis, 10 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Titiek Puspa Foto: Tangkapan layar/instagram

Titiek Puspa Foto: Tangkapan layar/instagram

BIPOL.CO, JAKARTA  – Aktris senior Titiek Puspa dikabarkan meninggal dunia Kamis (10/4) dalam usia 87 tahun. Musisi legendaris tersebut meninggal setelah sempat melawan penyakit stroke beberapa waktu lalu.

Kabar duka tersebut dikonfirmasi oleh manajer Titiek Puspa, Mia, seperti diberitakan detikPop pada Kamis (10/4). Mia menyebut Titiek Puspa meninggal pada pukul 16.25 WIB.

“Iya sekitar 15 menit lalu,” kata Mia melalui sambungan telepon, seperti diberitakan detikPop pada Kamis (10/4).

Titiek Puspa terkahir terlihat di history Instagram pribadinya sempat mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Dalam video yang diposting pada 31 Maret 2025 tersebut Eyang yang mengenakan baju putih nampak bugar tidak terlihat sedang sakit. Ia pun mengucapkan selamat Idul Fitri dengan senyumnya yang khas.

Titiek Puspa dikonfirmasi meninggal setelah sebelumnya pihak keluarga dan Inul Daratista membantah informasi yang beredar bahwa penyanyi senior tersebut meninggal.

Konfirmasi Titiek Puspa meninggal juga datang tak lama setelah pihak keluarga mengadakan konferensi pers terkait kondisi dari musisi senior tersebut.

Lahir dengan nama asli Sudarwati pada 1 November 1937 dari pasangan Tugeno Puspowidjojo dan sang ibu Siti Mariam, Titiek Puspa sudah berkarier sejak era Presiden Soekarno, tepatnya pada 1954 dan menghasilkan ratusan karya.

Titiek pun memulai kariernya dengan tak mudah, anak keempat dari 12 bersaudara itu telah menjajal semua seni pertunjukan, mulai dari menyanyi hingga teater.

Perempuan yang akrab disapa Eyang Titiek itu pun dikenal luas sebagai ikon industri hiburan Indonesia.

Namun, Titiek sebenarnya punya cita-cita yang berbeda ketika kecil. Ia sempat bermimpi bisa menjadi seorang guru taman kanak-kanak.

8 Momen Senandung ‘Eyang’ Titiek Puspa

Mimpi itu perlahan beralih saat Titiek Puspa kecil memenangkan berbagai lomba menyanyi. Ia kemudian benar-benar menginjakkan kakinya di industri hiburan saat mengikuti kontes Bintang Radio.

Titiek kemudian semakin sering bernyanyi dari panggung ke panggung hingga kemudian membuat rekaman sendiri dan menulis lagu-lagunya sendiri.

Popularitasnya semakin melesat ketika Titiek Puspa merilis album Doa Ibu yang berisi 12 lagu. Album itu melambungkan nama Titiek berkat lagu Minah Gadis Dusun hingga Pantang Mundur.

Titiek Puspa juga melebarkan sayap ke dunia akting dengan membintangi banyak film layar lebar, seperti Bawang Putih (1974), Inem Pelayan Sexy (1976), Gadis (1980), hingga Apanya Dong (1983), Ini Kisah Tiga Dara (2016).

Titiek Puspa pernah menikah dengan sejumlah pria, yakni seorang karyawan Radio Republik Indonesia pada 1957 dan berakhir beberapa tahun kemudian, dan dengan Mus Mualim pada 1970 hingga 1990.

Eyang pernah didiagnosis kanker serviks pada 2009 dan menjalani pengobatan selama beberapa bulan. Ia pun dinyatakan sembuh usai dua bulan kemoterapi di RS Mount Elizabeth Singapura.

Empat Dekade Menjaga Wasiat Ayah

Dilansir dari CNN Indonesia, usia 80 tahun telah dilalui Titiek Puspa pada 1 November lalu. Berbeda dengan 10 tahun lalu saat ia melakukan konser besar, kali ini ia lebih memilih merayakannya dengan sederhana dan penuh filosofis.

Tawaran konser saja ia tolak. Pesta kecil yang digelar keluarganya pun dibatasi.

“Melihat suasana yang kurang bagus dan sebagainya, saya memutuskan di umur 80 tahun ini mengadakan Tour The Grave [ziarah ke makam],” tuturnya.

Tour The Grave dilakukan Titiek dengan mengunjungi 10 makam pahlawan, seperti Jenderal Sudirman, Ki Hajar Dewantara, Bung Karno serta Bung Hatta.

Tak luput ia pun mengunjungi makam yang disebutnya sebagai pahlawan dalam dunia seni hiburan, seperti Ismail Marzuki, Bing Slamet, juga Benyamin.

“Saya bisa 80 tahun ini karena beliau-beliau, karena apa yang beliau kerjakan, hingga Indonesia seperti ini,” kata Titiek.

“Saya datang untuk berdoa, mengucapkan terima kasih dan minta maaf, karena masih ada yang kurang mengerti arti kepahlawanan, arti memerdekakan, arti menyumbangkan jiwa raga, darah, air mata dan nyawa,” ungkap Titiek.

Bagi Titiek, ziarah ke makam yang ia lakukan sejak akhir Oktober hingga Hari Pahlawan pada 10 November membuat hidupnya terasa lebih damai.

Ia mengibaratkan itu seperti sehabis mandi dengan sesuatu yang segar, indah, dan wangi.

Tidak hanya memberikan penghormatan bagi para pahlawan yang telah tiada, Titiek juga mengajak para anak muda untuk melakukan hal-hal positif. Baik dalam menyalurkan energi, bersikap empati, berfantasi atau berkreasi.

“Waktu tidak bisa diulang, anak-anak muda sekarang sudah banyak yang berlomba untuk membuat suatu kebaikan. Bagi yang belum, ayo sekarang, jangan sampai terlambat, jangan sampai menyesal,” pesannya.

 Titiek Puspa banyak memberikan kontribusi, salah satunya kepada anak-anak melalui grup musik Duta Cinta. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)
Dalam perjalanan hidupnya sendiri, Titiek telah begitu banyak berkontribusi untuk dunia hiburan Indonesia. Karya-karyanya masih menjadi hit hingga kini.

Namun di balik itu, ia juga merupakan seorang pahlawan bagi keluarganya. Pasca ditinggalkan kedua orang tua, Titiek berperan sebagai kepala keluarga.

Dia banting tulang untuk adik-adiknya, pekerjaan apa pun ia terima untuk memenuhi kebutuhan finansial.

“Jadi [ketika] ibu enggak ada, adik-adik sama saya. Rumah kecil, ricuh,” kenangnya sembari mengungkap mencari cara agar kericuhan di rumahnya dapat reda.

Dia pun memilih untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan menyampaikan aturan yang ia buat. Ia menerapkan peraturan kewajiban menghormati satu sama lain.

“Yang penting kalian sekolah, ini [saya] cari uang. Kalau ada yang penting, selama kamar masih nyala, ketok kapan saja, bicara,” ungkapnya.

Untuk Titiek, hal itu bukanlah beban yang berat. Adik-adiknya pun mau mengikuti aturan itu. Terlebih posisi dia sebagai kepala keluarga memang permintaan sang ayah sebelum wafat pada tahun 1973.

Titiek masih ingat betul soal pesan itu. Kala itu, sepulang ia menyanyi, Titiek langsung mengunjungi ayahnya, Tugeno Puspowidjojo di rumah sakit. Saat itu gilirannya. Ia dan keluarga memang gantian menemani Tugeno.

“Bapak saya angkat, saya tanya mana lagi yang sakit, katanya, ‘Wis enggak usah dipikirin, udah enggak apa-apa. Saya mau minta maaf sama kamu, karena dulu saya larang kamu nyanyi tapi sekarang karena kamu nyanyi, kamu bisa urus adik-adik kamu. Jadi sekarang saya titip adik-adik kamu, ya saudara-saudaramu, terimakasih’,” tuturnya mengenang pesan sang ayah sembari termenung.

“Lalu beliau jatuh di pelukan saya dan saya belum ngomong apa-apa. Makin kencang dak peluk, tahu-tahu sudah di rumah. Bapak pergi [meninggal dunia] dan saya pingsan,” lanjutnya.

Permintaan sang ayah itu disebut Titiek telah merasuk ke jiwanya, dan membuatnya menyatukan keseluruh anggota keluarga hingga kini.

Lebih dari empat dekade sudah ia menjaga amanat itu.

Dia bahkan mendirikan Puspa Catering sebagai bisnis keluarga untuk menyatukan keluarga. “Perusahaan saya berikan pada keluarga, saya sudah cukup,” ujarnya.

Titiek yang tumbuh sebagai anak keempat dari 12 bersaudara itu kini dikelilingi anggota keluarga yang jumlahnya mencapai lebih dari 130 orang, termasuk, anak, cucu, dan cicitnya.

Potret keluarga besar Titiek pun ia pajang dalam ruang tamu kediamannya di Jakarta Selatan.

“Itu belum semuanya. Dan foto itu saat cicit saya masih dua, sekarang sudah enam,” ujarnya sembari menunjukkan foto keluarga besar saat pergi tur ke daerah Lembang, Bandung.

“Tidak hafal semua, kalau cucu cicit masih ingat, kalau keponakan ya ‘cah ayu sini, cah bagus’,” ungkapnya sembari tertawa.

“Pokoknya kalau melihat itu [foto keluarga] bangga. Karena dulu, ibu-bapak saya miskin karena perang,” tambahnya.

Kini Titiek Puspa menghabiskan usia senja dengan memandang semua yang telah ia raih, beragam orang yang telah ia semangati, dan lapisan generasi yang menikmati semua karyanya.

Ia akan tetap menjadi sosok Titiek Puspa–tak peduli sebesar atau selegendaris namanya–yang peduli, ceriwis, dan selalu mengundang tawa dan kebahagiaan bagi sekelilingnya. (*)

Berita Terkait

Pengacara Kondang Hotma Sitompoel Tutup Usia
Gubernur Jabar Minta Pemda Kota Bogor Revisi Desain Museum Batutulis
Gubernur Jawa Barat Kunjungi Museum Batutulis, Tegaskan Komitmen Revitalisasi dan Penguatan Edukasi Sejarah
Jabar Reaktivasi Jalur Kereta Api Dukung Pariwisata
Sekda Herman Pastikan PSU Kabupaten Tasikmalaya Berlangsung Lancar
Wagub Jabar Apresiasi Langkah Pemkot Cimahi Merevitalisasi Pedestrian Ruas Jalan Sriwijaya
Inovasi Lokal Bersinar! Lomba Teknologi Tepat Guna Cimahi 2025 Resmi Digelar
Kota Bandung dan Singapura Bakal Kembali Kolaborasi Soal Pendidikan dan Investasi

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 15:02 WIB

Pengacara Kondang Hotma Sitompoel Tutup Usia

Rabu, 16 April 2025 - 13:17 WIB

Gubernur Jabar Minta Pemda Kota Bogor Revisi Desain Museum Batutulis

Rabu, 16 April 2025 - 09:08 WIB

Gubernur Jawa Barat Kunjungi Museum Batutulis, Tegaskan Komitmen Revitalisasi dan Penguatan Edukasi Sejarah

Rabu, 16 April 2025 - 07:05 WIB

Jabar Reaktivasi Jalur Kereta Api Dukung Pariwisata

Rabu, 16 April 2025 - 05:57 WIB

Sekda Herman Pastikan PSU Kabupaten Tasikmalaya Berlangsung Lancar

Berita Terbaru

Hotma Sitompul dikabarkan telah tutup usia atau meninggal dunia Rabu siang. (Istimewa)

NEWS

Pengacara Kondang Hotma Sitompoel Tutup Usia

Rabu, 16 Apr 2025 - 15:02 WIB