BANDUNG, bipol.co – WALI Kota Bandung, Oded M. Danial, bertekad mewujudkan swasembada sayur di Kota Bandung. Salah satu upayanya, ia akan memasifkan metode tanam hidroponik.
Menurutnya, hidroponik tidak hanya gaya hidup atau asal memenuhi program pemerintah. Lebih daripada itu, menanam sayuran metode hidroponik mengarah pada nilai ekonomi. Apalagi pasarnya sudah mulai tumbuh dengan jumlah permintaan yang semakin membesar.
Konsep pengembangan swasembada sayur ini rupanya selaras dengan aktivitas komunitas Bandung Hidromarket. Kelompok petani perkotaan ini menghimpun hasil produksi sayuran dari metode urban farming lalu mendistribusikanya langsung ke pasar.
“Saya punya ekspetasi ke depan Bandung bisa swasembada sayur. Walaupun tidak punya ladang, tapi ingin membuktikan kita bisa. Ini tantangan buat kita. Kalau ini bisa, minimal memenuhi kebutuhan di Kota Bandung, maka swasembada sayur ini memenuhi,” ucap Wali Kota di salah satu lokasi kebun komunitas Bandung Hidromarket di Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Jumat (10/1/2020).
Menurutnya, sebelum harga sayuran terus melejit, masyarakat Kota Bandung sudah harus mampu memenuhi kebutuhan sayur mayurnya secara mandiri.
Untuk itu, Oded akan menumbuhkan urban farming di level kelurahan. Syaratnya, kebun harus menghasilkan banyak sayuran, baik untuk konsumsi masyarakat ataupun menjadi penyuplai untuk pasar komersil.
“Ke depan, harapan saya kepada komunitas dan dinas terkait ini dikembangkan. Kita ada 151 kelurahan, misalnya satu kelurahan dibuat dua titik mudah-mudahan bisa menghadirkan hidromarket dan membangun urban farming lebih baik lagi,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Bandung Hidromarket, Muhammad Irfan, menuturkan komunitas ini sudah mulai berkembang dengan beranggotakan 64 orang petani yang berasal dari pelbagai daerah. Meski baru terbentuk dalam kurun waktu dua bulan, namun sudah mampu memproduksi dengan kapasitas antara 50-100 kilogram sayuran dalam kurun waktu per dua hari.
Irfan menegaskan, komunitas Bandung Hidromarket siap membantu pengembangan hidroponik. Syaratnya, Pemkot Bandung juga mendukung penuh segala penunjang keberlangsungan metode hidroponik agar berjalan konsisten.
“Komunitas baru dua bulan anggotanya justru bukan petani. Ada TNI, fotografer model, orang pajak, saya juga jurnalis. Sekarang market kita itu paling banyak pengguna langsung, lalu ke katering. Ke depan kita akan ke hotel insya Allah tembus,” kata Irfan.
Saking banyaknya permintaan, Irfan terpaksa menolak pesanan sayuran dari kawasan Jakarta dan sekitarnya lantaran kapasitas produksi Bandung Hidromarket masih belum bisa memenuhinya. Hal itu karena sayuran tanpa menggunakan pestisida.
“Kita tidak masuk ke ranah bagaimana mereka merawat tanaman. Karena mereka sudah jago. Tetapi pestisida diharamkan. Semua harus non pestisida. Kita hanya menyambungkan market dengan petani,” ungkapnya.*
Editor: Hariyawan