Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, konsistensi untuk mengutamakan prinsip pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan dalam ekspansi serta inovasi layanan yang berkelanjutan melalui otomatisasi ataupun digitalisasi menjadi kunci keberhasilan perseroan dalam melewati 2019 yang diwarnai dengan persaingan ketat industri perbankan serta maraknya usaha pembiayaan berbasis digital.
“Dalam penyaluran kredit, misalnya, kami senantiasa berpatokan pada kajian sektor “guideline” dan “assessment” karakter perusahaan yang ketat untuk memastikan pemenuhan kewajiban oleh calon debitur. Kami juga berusaha menjaga komposisi portofolio segmen wholesale dan retail (bank only) yang saat ini di kisaran 65 persen dan 35 persen agar dapat memberikan return yang optimal,” ujar Royke saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (24/1).
Kredit konsolidasi Bank Mandiri pada 2019 mencapai Rp907,5 triliun, tumbuh 10,7 persen (year on year) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari kucuran tersebut, perseroan berhasil mencatat pendapatan bunga bersih sebesar Rp59,4 triliun, naik 8,8 persen (yoy) dibanding tahun sebelumnya.
Dia menjelaskan, portofolio perseroan (bank only) di segmen wholesale sampai dengan kuartal IV 2019 mencapai Rp516,4 triliun atau tumbuh 9,3 persen (yoy). Sedangkan segmen ritel sebesar Rp275,9 triliun, tumbuh 11,9 persen secara tahunan.
Kredit korporasi Mandiri tumbuh 7,7 persen (yoy) dibanding tahun sebelumnya, sedangkan penyaluran kredit mikro naik 20,1 persen (yoy). Sementara kredit konsumer akhir 2019 tumbuh 7,9 persen (yoy) dimana bisnis kartu kredit dan kredit kendaraan bermotor (auto loan) menjadi penyumbang terbesar dengan laju ekspansi masing-masing 20,1 persen (yoy) menjadi Rp13,8 triliun dan 9,6 persen (yoy) menjadi Rp34,6 triliun.
“Seiring keinginan perseroan mengoptimalkan fungsi intermediasi, Bank Mandiri juga menjaga komposisi kredit produktif seperti kredit investasi dan modal kerja, dalam porsi yang signifikan, yakni 77,4 persen dari total portofolio,” ujar Royke.
Pada akhir tahun lalu, penyaluran kredit investasi tercatat mencapai Rp282,6 triliun dan kredit modal kerja sebesar Rp330,3 triliun.
Di tengah kredit yang tumbuh, Bank Mandiri juga berhasil memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan sehingga rasio NPL gross turun 42 basis poin menjadi 2,33 persen dibandingkan Desember tahun lalu. Dampaknya, biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPNl pun ikut melandai sebesar minus 14,9 persen (yoy) menjadi Rp12,1 triliun.
Untuk program Kredit Usaha Rakyat (KUR), pada sepanjang 2019, total KUR yang disalurkan mencapai Rp25,02 triliun, tumbuh 42,3 persen (yoy) atau mencapai 100,09 persen dari target 2019 dengan jumlah penerima sebanyak 310.987 debitur. Dari jumlah tersebut, sebesar 50,1 persen disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi.
Di samping melalui program KUR, upaya Bank Mandiri membangun sektor riil juga diwujudkan melalui penyaluran kredit UMKM sebesar Rp92,23 triliun pada akhir tahun lalu atau tumbuh 9,85 persen (yoy), yang diberikan kepada 928.798 pelaku UMKM.
“Salah satu strategi kami dalam membangun sektor UMKM ini adalah dengan memanfaatkan value chain nasabah-nasabah wholesale, baik menjadi nasabah UMKM Bank Mandiri sendiri maupun menjadi target pasar hasil produksi nasabah UMKM Bank Mandiri,” kata Royke. (net)