Gelar juara kali ini diraih mereka setelah mengalahkan tim putra Denmark dan tim putri Korea Selatan di Istora Senayan Jakarta. Di partai final mereka menang dengan skor yang sama, yakni 3-1.
China pun tampaknya berhasil membayar tuntas kekalahan tim putera atas Indonesia saat berlaga di rumah sendiri pada 2002 lalu, yang menyebabkan mereka gagal mengawinkan gelar lebih cepat.
Dengan demikian, tim putra China tercatat meraih Piala Thomas sebanyak lima kali yakni 1981, 1986, 1988, 1990, dan 2004. Sementara, gelar Piala Uber ini menjadi yang kesembilan kalinya bagi tim putri (1984, 1986, 1988, 1990, 1992, 1998, 2000, 2002, 2004).
Meski begitu, pada akhirnya Lin Dan mampu menumbangkan jagoan asal Denmark Peter Gade 15-8, 15-13.
Denmark bangkit untuk membalas kemenangan melalui pasangan ganda Lars Paaske/Jonas Rasmusse. Ganda putra nomor satu dunia itu menyingkirkan Cai Yun/Fu Haifeng 17-16, 15-6.
Kekalahan Cai/Fu itu mengotori catatan kemenangan tim China, yang sejak hari pertama penyelenggaraan selalu mencatatkan kemenangan tanpa pernah kehilangan poin.
Beruntung di partai ketiga, Bao Chunlai berhasil membawa China memimpin 2-1, meski sempat mendapatkan perlawanan ketat dari Kenneth Jonassen. Ia menang dengan skor 12-5, 17-5, 15-12.
Harapan Denmark untuk menyamakan kedudukan di partai kelima kandas kala pasangan Jens Eriksen/Martin Lundgaard tak kuasa membendung perlawanan Sang Yang/Zheng Bo. Pasangan keenam dunia itu menang 15-13, 15-8, yang memicu sorak sorai para penonton di Istora Senayan yang setengah kosong.
“Kami mengalahkan semua lawan kami dengan cinta sebelum final, dan kami menang 3-1. Jadi kami pantas memenangkan Piala Thomas,” ujar pelatih kepala China Li Yongbo sebagaimana dilaporkan Xinhua, 17 Mei 2004.
Sementara itu, pelatih Denmark Steen Pedersen mengatakan dia berharap pasangan Eriksen/Lundgaard bisa membawa mereka ke pertandingan penentu selanjutnya.
“Saya pikir kami memiliki peluang bagus untuk memenangkan pertandingan ganda kedua karena kami memulai dengan sangat baik tetapi sangat sulit bagi mereka berdua untuk bermain dengan semua tekanan yang ada,” ujar Pedersen.
“Jens dan Martin memiliki catatan bagus melawan Sang/Zheng, tetapi para pemain China melakukannya dengan sangat baik dan saya pikir kami membiarkan mereka mengendalikan permainan terlalu banyak,” ujarnya menambahkan.
Sementara tim Uber China saat itu diperkuat oleh Gong Ruina, Yang Wei/Zhang Jiewen, Zhang Ning, dan Gao Long/Huang Sui.
Tim Uber China memang menjadi yang terkuat di kompetisi beregu bergengsi putri itu. Terbukti, mereka telah mengumpulkan delapan gelar sebelum datang ke Jakarta.
China unggul 1-0 di partai pertama. Meski harus menderita kekalahan 7-11 terlebih dahulu di gim pertama, wakil tunggal putri Gong Ruina tampil lebih baik di gim kedua dengan skor 11-5 sebelum menutup kemenangan 11-7 atas wakil Korea Selatan Jun Jae Yon.
Korea Selatan lalu memperkecil kedudukan menjadi 1-1 lewat penampilan apik pasangan ganda putri Hwang Yu Mi/Lee Hyo Jung menghadapi Yang Wei/Zhang Jiewen dua gim langsung dengan skor 15-7, 15-10.
Namun China mampu memperbesar keunggulan menjadi 2-1 lewat kemenangan Zhang Ning atas Seo Yoon Hee dengan skor 11-1, 13-10.
China pada akhirnya mampu memastikan kemenangan 3-1 di laga keempat. Duet Gao Long/Huang Sui mengalahkan Lee Kyung Won/Lee Hyun Hwa 15-6, 15-2.
China semakin menunjukkan dominasinya pada kejuaraan beregu dua tahunan itu. Keperkasaan tim putra dan putri mereka terbukti setelah berhasil mengawinkan gelar pada tiga pergelaran berikutnya, yaitu 2006, 2008, dan 2012. (net)