KBB, bipol.co — Sungguh sangat memprihatin kehidupan keluarga Asep Suhendar (56). Warga Kampung Cikareo Tonggoh, RT 02/RW 06, Desa Citalem, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat ini, tinggal di rumah yang sangat tidak layak huni.
Rumah panggung berukuran 6 × 8 meter yang dihuni oleh 8 jiwa ini, nyaris runtuh karena belasan tahun tidak pernah direhab. Lebih ironis lagi, di saat pemerintah gencar dengan program pembangunan bagi rumah tidak layak huni (rutilahu), serta di saat kucuran anggaran miliaran rupiah ke pemerintah desa, ternyata rumah Asep juga tidak memiliki sarana sanitasi atau MCK.
Untuk buang hajat saja, mereka masih menggunakan “cubluk”.
“Untuk kebutuhan air selama ini mah numpang ke rumah orangtua,” kata Ratna Sari, istri Asep Suhendar, saat ditemui di rumahnya, Sabtu sore (20/6/2020).
Menurut ibu dari enam anak ini, sejak 2009 rumahnya belum mendapat perbaikan. Selain karena tidak ada biaya untuk merehab, karena selama ini tidak pernah ada bantuan dari pemerintah.
Ratna mengaku, rumahnya dibangun sekitar tahun 2009. Itu pun hasil swadaya atau rereongan warga. Sejak saat itu, belum sempat ada perbaikan atau bantuan untuk rehab dari mana pun, hingga kondisi rumahnya sekarang sudah hanpir runtuh.
Bagi keluarga Asep, jangankan untuk merehab rumah, untuk kebutuhan sehari-hari pun kesulitan. Untuk menopang hidupnya, Asep hanya mengandalkan jualan rokok asongan. Apalagi ia harus membesarkan enam orang anaknya. Bahkan satu anak perempuanya harus putusan sekolah. Sejak kelas 11 SMK, terpaksa berhenti sekolah karena lama menderita sakit.
“Kalau yang paling besar sudah menikah. Jadi tinggal lima orang lagi. Dua orang sudah tidak sekolah, satu orang sekolah SMP, dan dua lagi masih sekolah di SD,” tutur Ratna yang saat ditemui, suaminya belum pulang karena berjualan asongan di Pasar Cililin.
Namun masih beryukur, Ratna saat ini masih mendapatkan bantuan PKH (Program Keluarga Harapan dan BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai), sehingga beban hidup bisa sedikit terbantu.
Ketua RT 02, Rusmana Efendi, saat ditemui mengaku tidak tahu persis kenapa rumah Asep tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah.
“Soalnya saya baru beberapa bulan jadi Ketua RT di sini, menggantikan Ketua RT sebelumnya. Jadi tidak tahu persis apakah sudah diajukan untuk rehab atau belum,” ujar Rusmana.
Namun menurut Kader RT 03 RW 06, Yeyen Nuraeni, rumah Asep sempat diajukan perbaikan program Rutilahu dalam musyawarah dusun (Musdus) bersama empat rumah lainnya beberapa tahun lalu.
“Saat itu hanya satu rumah yang mendapat bantuan, itu pun ditolak oleh pemilik rumah karena bantuannya sangat minim, dan takut tidak cukup untuk merehab rumahnya,” ucap Yeyen.
Yeyen membenarkan, sejak saat itu rumah Asep tidak pernah tersentuh bantuan apa pun, padahal kondisi rumahnya sudah sangat memprihatinkan.
“Tidak tahu alasanya kenapa sampai tidak terdata dalam program bantuan Rutilahu,” sambung istri Ketua RT 02 ini.
Tidak hanya rumah Asep yang kondisinya memprihatinkan. Menurut warga setempat, Usep Suparman, di RW 06 ada sejumlah rumah yang kondisinya cukup menprihatinkan dan layak mendapatkan uluran tangan.
“Tidak tahu, justru heran di RT 02 ini pembangunan fisik kurang diperhatikan pemerintah. Seperti jalan, rumah tidak layak huni, bantuan listrik bersusidi juga nyaris tidak ada,” imbuh Usep.
Sedangkan menurut Ketua Forum Citalem Rukun, Agus Gunawan, di Desa Citalem masih banyak rumah tidak layak huni yang belum terdata dan tidak pernah tersentuh program bantuan perbaikan. Seperti halnya rumah Ma Empeh di RT 01/RW 11, rumah Ma Jua di Kampung Cibogo, dan sejumlah rumah lainnya.
“Rumah-rumah tersebut memang perlu dibantu, karena ada rumah jompo, rumah janda, atau rumah warga yang tidak mampu yang kondisinya sangat memprihatinkan. Sungguh miris di saat pembangunan fisik digemborkan pemerintah, ternyata masih banyak rumah yang kondisinya tidak layak huni justru dibiarkan, malah rumah Asep ini tidak punya MCK,” kata Agus Gunawan, saat meninjau rumah Asep di RT 02/RW 06, Kampung Cikareo Tonggoh.*
Reporter: Deddy | Editor: Hariyawan