BANDUNG, bipol.co – Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar) berencana membelikan kuota internet kepada seluruh siswa sekolah menengah atas negeri (SMAN) selama proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) berlangsung. Pemberian kuota tersebut untuk mempermudah para siswa melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring (online).
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar, Dedi Supandi, mengatakan pemberian bantuan kuota ini setelah pihaknya melakukan survei dan evaluasi proses KBM secara daring dalam beberapa bulan ke belakang dampak pandemik Covid-19. Dari survei tersebut, banyak siswa yang kesusahan belajar daring karena tidak memiliki uang cukup untuk membeli kuota internet.
“Nah dari situ kami buatkan petunjuk teknis dalam kebijakan sekolah secara daring, salah satunya dengan membiayai kuota internet bagi siswa,” ujar Dedi dalam konferensi pers, Kamis (16/7/2020).
Menurut Dedi, anggaran untuk kuota internet yang dibagikan kepada seluruh siswa SMAN ini diambil dari anggaran bantuan operasional pendidikan (BOP) yang jumlahnya mencapai Rp770 miliar yang selama ini dipakai pengganti uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Selain anggaran dari BOP, sekolah bisa memanfaatkan dana dari bantuan operasional sekolah (BOS) yang merupakan kucuran pemerintah pusat.
Sekolah bisa memanfaatkan dana dari BOS atau BOP, tapi tidak digunakan secara bersamaan.
“Jadi tidak double. Pakai anggaran dari BOS atau BOP-nya,” kata dia.
Untuk setiap bulan, siswa bisa mendapatkan kuota maksimal Rp150 ribu. Kuota sebesar ini diharap bisa mencukupi dalam pembelajaran siswa selama satu bulan.
Dalam pembagian internet, lanjut Dedi, siswa atau orangtua siswa tidak usah datang ke sekolah. Pihak sekolah akan membeli secara kumulatif kuota internet dalam sebuah kartu.
Nantinya, kartu kuota internet itu akan dikirim ke rumah siswa masing-masing. “Jadi kartu sekali pakai gitu,” kata dia.
Terkait pengawasan, Dedi meminta setiap orangtua bisa ikut memantau apa yang dilakukan siswa ketika belajar dan menggunakan kuota internet dari sekolah. Jangan sampai kuota tersebut justru digunakan untuk hal lain di luar KBM, seperti bermain game online.
“Bagaimana pun pengawasan keluarga lebih efektif. Kita akan terus ingatkan kepada mereka di grup sekolah yang ada orangtua siswanya,” ujar Dedi.*
Editor: H. Esthu