JAKARTA, BIPOL.CO – Gara-gara omongannya dinilai asal, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo di-bully warganet.
Berawal soal harga beras merangkak naik di sejumlah daerah menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo meminta masyarakat memaklumi kenaikan itu. Gara-gara omongannya itu, Mentan pun di-bully warganet.
Seperti dilansir RM.id, berdasarkan pantauan di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, harga beras sudah naik Rp 1.000 per kilogram. Pedagang beras di Palmerah, Nur mengatakan, harga beras terus merangkak naik sejak bulan lalu. “Sekarang semua jenis beras naik,” kata Nur, kemarin.
Untuk beras kualitas medium, dia menjual dengan harga Rp 8.500 – Rp. 10.000 per kg. Padahal, kata dia, sebelumnya harga beras kualitas medium dijual Rp 7.500 per kg. Sejak kenaikan harga tersebut, kiosnya jadi sepi pembeli. “Karena faktor cuaca, nanti kalau sudah panen harga juga normal lagi,” ujarnya.
Kondisi serupa juga terjadi di Pasar Cimanggis, Tangerang Selatan. Di sini, harga beras naik mulai dari Rp 500 hingga Rp 2.000 per liter. Andri, salah seorang pedagang menyebut, kenaikan harga terjadi sejak awal Desember 2022. “Biasanya Rp 7.500, sekarang jadi Rp 9.500. Terus yang sebelumnya Rp 8.000 jadi Rp 10.000,” ujar Andri.
Andri memprediksi, harga beras terus melonjak hingga akhir tahun. Karena itu, dia takut mematok harga terlalu tinggi. “Ya, ikuti aja harga jual yang berlaku di pasaran,” jelasnya.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengamini, harga beras mengalami kenaikan. Kata Mentan, kenaikan harga tersebut karena Indonesia merupakan negara yang besar dan kepulauan, sehingga faktor distribusi dengan transportasi pun sering menjadi penyebab dari kenaikan harga tersebut.
Selain itu, ada faktor lain yaitu belum adanya fasilitas gudang yang memadai untuk menyimpan hasil produksi pangan. “Harusnya, pada saat panen negara beli melalui instrumen negara, lalu disimpan. Jangan beli pada masa shorted, ya harganya naik. Karena pertanian ada waktunya, Oktober, November, Desember itu waktu tanam, kalau begitu dia tidak menghasilkan,” jelas Mentan saat diskusi bersama INDEF, di Jakarta, kemarin.
Dia pun meminta masyarakat untuk memaklumi kenaikan harga beras. Kenaikan itu, kata Mentan, karena biaya produksi pertanian sedang naik. “Sekali-sekali lah kasih petani uang. Wajar saja harga naik sedikit, tapi jangan yang dapat keuntungan malah pedagang, terus petani nggak dapet,” beber Politisi NasDem ini.
Menurut dia, petani akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga beras dan dapat memutar roda perekonomian. “Petani dapat uang. Dia sekolahkan anaknya, dia belikan baju. Lalu, tukang jahit dapat orderan jahitan. Penjahit putar lagi, kasih anaknya makan,” ujarnya.
Meski harga beras naik, Mentan mengklaim harga beras di Indonesia masih terbilang murah dibanding negara lain di Asia Tenggara. Kata dia, berdasarkan data yang dihimpunnya, harga beras Indonesia termurah kedua. Hanya kalah dari Vietnam. “Singapura Rp 26 ribu, Timor Leste Rp 22 ribu, Thailand Rp 17 ribu, Malaysia Rp 13 ribu dan Vietnam Rp 11 ribu,” tukas Mentan.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Tauhid mengatakan, kenaikan harga beras merupakan siklus tahunan. Karena itu, seharusnya Pemerintah mengantisipasi dengan menyetok beras saat musim panen, awal tahun.
“Sekarang ini musim rendam (hujan), produksi turun. Supply pun menipis,” kata Tauhid kepada Rakyat Merdeka, semalam.
Warganet ikut menyoroti pernyataan Mentan yang minta kenaikan harga beras dimaklumi. Kebanyakan mereka mem-bully Mentan.
Misalnya, akun @Plain_tasted yang mempertanyakan kinerja Mentan. “Tugas Menteri Pertanian ngapain aja ya? Kayanya pertanian Indonesia gitu aja, nggak ada kemajuan,” cuitnya.
@ArthurArfian mengatakan, kenaikan harga beras nggak bikin petani kaya. “Harga beras naik mah udah banyak kali terjadi. Tapi petani tetap petani. Yang kaya malah pengepul dan pedagangnya,” tegas @ArthurArfian.
Sementara, menurut @echoPIR yang dibutuhkan petani adalah ketersediaan dan kestabilan harga pupuk. Bukan harga yang naik drastis, karena itu yang banyak menikmati para tengkulak. “Para petani tetap aja kurang dari segi pendapatannya,” cuitnya.
Beras Impor Datang
Untuk menjinakkan harga beras, Pemerintah akhirnya mendatangkan 500 ribu ton beras impor. Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menuturkan, Pemerintah tidak akan impor beras jika stok dalam negeri aman. Namun, beberapa bulan terakhir harga beras melonjak dan stok Bulog untuk operasi pasar makin berkurang.
“Sehingga dibutuhkan segera stok dari luar negeri untuk meredam kenaikan harga beras ini,” ujarnya, saat meninjau kedatangan beras impor, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, kemarin.
Zulhas menjelaskan, 500 ribu ton beras impor akan masuk secara bertahap sampai dengan Februari 2023. Kemarin, yang masuk melalui Tanjung Priok 10 ribu ton, sedangkan yang lewat Tanjung Perak, Surabaya, 5.000 ton.
Di tempat yang sama, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan, impor beras untuk menambah stok cadangan pemerintah, sehingga stabilitas harga beras di pasaran terjaga. Menurut dia, Bulog mematok harga beras impor Rp 8.300 per kg. “Kita belinya Rp 8.800, selisihnya dibayar pemerintah,” tukasnya.(deddy)