BANDUNG, bipol.co – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mendorong masyarakat untuk gigih berjuang membangun usaha tanpa mengenal menyerah. “Usaha harus dirintis dari skala yang paling kecil dan harus terus diusahakan hingga maksimal,” kata Hasto Kristiyanto saat berkunjung ke rumah pengusaha cendol Elizabeth, H Rochman, di Komplek Perumahan Jati Permai, Astana Anyar, Kota Bandung, Sabtu (23/2/2019).
Hasto bersilaturahmi ke kediaman H Rochman, usai menghadiri deklarasi dukungan dari Paguyuban Rama Shinta kepada Joko Widodo-Ma’ruf Amin, di Komplek Jati Permai. Pada kesempatan itu, Hasto Kristiyanto didampingi oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Jabar Tubagus Hasanuddin.
Hasto memuji kegigihan usaha yang dilakukan H Rochman mulai dari membantu pedagang cendol keliling Kota Bandung, hingga menjadi pengusaha cendol. Hasto juga bercerita pada era revolusi industri 4.0 saat ini, dimungkinkan tumbuhnya usaha-usaha melalui star-up, termasuk usaha cendol. Karena itu, Hasto juga mendorong agar usaha yang dilakukan H Rochman dapat juga dilakukan melalui toko online.
H Rochman, yang juga Ketua RT 08/RW 06, Kelurahan Pelindung Hewan, Astana Anyar, Kota Bandung, menuturkan dirinya telah berjualan es cendol sejak anak-anak. “Awalnya, saya membantu paman saya, berjualan es cendol pakai gerobak dorong, keliling kota Bandung. Alhamdulillah, lama kelamaan berkembang, sampai saat ini,” katanya.
Haji Rochman dibantu putri keduanya, Mariyati, saat ini berjualan cendol di toko, di dekat Komplek Jaka Permai. Mariyati bercerita, bahwa bapaknya, H Rochman, dari kampung halamannya di Pekalongan datang ke Kota Bandung, ikut pamannya, setelah orang tuanya H Rochman meninggal dunia, pada 1972.
Saat itu, H Rochman baru berusia 12 tahun. Di Bandung, dia membantu pamannya dan jualan es cendol keliling. Setelah merasa bisa mandiri, pada 1982, H Rochman, berjualan sendiri pakai gerobak, keliling ke Kota Bandung, antara lain, di Jalan Otista, di depan toko tas milik Elizabeth.
Cendol H Rochman, sempat menjadi compliment bagi pembeli tas, yang kemudian cendol Pak Rochman dikenal dengan nama Cendol Elizabeth.
Mariyati menambahkan bapaknya memindahkan usahanya dari trotoar Jalan Otista, ke toko di Jalan Inhoftank, di Komplek Jati Permai, setelah Pemerintah Kota Bandung melarang pedagang kaki lima (PKL) berjualan di trotoar Jalan Otista. “Sampai saat ini, bapak masih berjualan di Jalan Inhoftank,” katanya.
Pak Rochman, kata Mariyati, juga memproduksi cendol dengan merek Elizabeth dan dijual di Toserba Yogya di Bandung. Saat ini sudah ada, sekitar 20 pegawai. Produksi cendol H Rochman menggunakan bahan baku tepung beras dan daun suji. “Karena daun suji, sulit mencarinya di pasar. Maka kami menanam sendiri daun suji di lahan bapak seluas 2.000 meter,” katanya.
Mariyati menyatakan bersyukur hasil perjuangan dan kegigihan bapaknya, berkembang sampai saat ini. Dia juga menyatakan, nantinya siap melanjutkan usaha cendol milik orang tuanya. (ant)