Komisi V Minta Pemprov Bentuk Tim Pemantau PPDB

- Editor

Selasa, 18 Juni 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ilustrasi

ilustrasi

BANDUNG, bipol.co – Komisi V DPRD Jawa Barat meminta Pemprov Jabar untuk segera membentuk Tim Pemantau PPDB Tahun 2019 terkait dengan munculnya sejumlah masalah pada hari pertama pelaksanaan PPDB seperti antrean orang tua siswa sejak subuh di sejumlah sekolah favorit.

“Jadi mumpung masih belum di pertengahan, segeralah (Pemprov Jawa Barat) membentuk Tim Pemantau PPDB,” kata Sekretaris Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat, Abdul Hadi Wijaya di Bandung, Selasa (18/6/2019).

Tim Pemantau PPDB tersebut, kata Abdul Hadi, diisi oleh orang-orang yang mengerti PPDB yang terdiri dari gabungan dari anggota legislatif, ombudsman atau tokoh pendidikan.

Dia mengatakan, penerapan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMA dan SMK tahun ini membuahkan berbagai kasus seperti ketidakjujuran dalam membuat surat domisili berupa kartu keluarga di sekitar sekolah favorit.

Politisi dari Fraksi PKS DPRD Jawa Barat ini telah menerima laporan sejumlah orang tua yang akan menyekolahkan anaknya di sekolah favorit telah membuat kartu keluarga dengan domisili di rumah yang berdekatan dengan sekolah tersebut sejak setahun sebelumnya.

Oleh karena itu, kata dia, harus ada pengawasan dan penelusuran khusus tentang kebenaran domisili calon siswa tersebut.

Apabila terbukti ada pelanggaran, kata Abdul Hadi, pemerintah harus berani memberikan sanksi kepada petugas setempat yang berwenang mengeluarkan Kartu Keluarga kepada orang yang hanya numpang alamat dekat sekolah ini.

Ia menuturkan pada akhirnya sejumlah masyarakat jadi mempermainkan surat domisili, banyak beredar surat domisili yang aspal (asli secara administrasi tapi palsu secara fakta).
Lebih lanjut ia mengatakan dinas pendidikan tidak bisa menangani hal ini dan sistem zonasi dalam PPDB ditentukan secara tidak merata di Jabar.

Dia mengatakan sebanyak 200 kecamatan di Jawa Barat masih belum memiliki SMA atau SMK negeri sehingga urgensi penerapan sistem ini dipertanyakan di Jawa Barat.

Dia juga mengkritik pelaksanaan PPDB yang masih jauh dengan konsep kekinian dan orang tua masih saja harus membawa tiga map berisi fotokopian berkas untuk pendaftaran.

“Jadi gaya onlinenya mana, ini masih konvensional. Berkas kertas fotokopian masih dibungkus map, diserahkan kemudian diperiksa petugas. Apa tidak bisa pakai online atau WA saja,” kata Abdul Hadi. (ant)**

 

Editor: Ude D Gunadi

Berita Terkait

Tradisi Memitu Indramayu Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Bersama Syikhuna Pajada, Ribuan Jamaah Do’akan Kang DS Jadi Bupati Bandung Periode Kedua
Implementasi Kepahlawanan: Runtuhkan Kultur dan Struktur Kemiskinan dan Kebodohan
Hati-hati Jika Ada Missed Call yang tidak Dikenal, Jangan Telepon Balik!
Memperburuk Krisis Sampah Beracun, Al Generatif Bisa Hasilkan 5 Juta Ton Limbah Elekronik
Menguak Keanekaragaman Hayati Langka di Sumedang
Zuckerberg Ungkap 2030 Dunia Berubah Total, Kacamata Pintar Diprediksi Gantikan Fungsi HP
Sierra Oktriasa dan Alden Hugo jadi Mojang Jajaka Pinilih Kota Cimahi 2024

Berita Terkait

Kamis, 28 November 2024 - 15:03 WIB

Tradisi Memitu Indramayu Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Sabtu, 16 November 2024 - 17:19 WIB

Bersama Syikhuna Pajada, Ribuan Jamaah Do’akan Kang DS Jadi Bupati Bandung Periode Kedua

Minggu, 10 November 2024 - 17:25 WIB

Implementasi Kepahlawanan: Runtuhkan Kultur dan Struktur Kemiskinan dan Kebodohan

Senin, 4 November 2024 - 09:18 WIB

Hati-hati Jika Ada Missed Call yang tidak Dikenal, Jangan Telepon Balik!

Minggu, 3 November 2024 - 11:43 WIB

Memperburuk Krisis Sampah Beracun, Al Generatif Bisa Hasilkan 5 Juta Ton Limbah Elekronik

Berita Terbaru