KEJENUHAN, penat dan suasana kota yang membosankan sirna seketika bila berkunjung ke Wisata Batu Kuda, yang berlokasi di Gunung Manglayang Kampung Cikoneng Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.
Pohon-pohon pinus yang tinggi akan memberi lambaian, diiringi suara desir angin menyambut kedatangan kita ke lokasi ini. Nyaman dan sejuk. Itu kesan yang terjadi saat memasuki kawasan ini.
Tempat wisata Batu Kuda dikelola warga yang tergabung dalam LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Cikoneng. Harga tiket masuk tergolong murah, hanya Rp 7.500,00, tapi bagi yang berminat berkemah atau kemping dikenakan biaya Rp. 10 ribu.
Ada seorang lelaki tua berusia sekitar 75 tahun di Batu Kuda. Kakek ini masih kuat mendaki sampai ke puncak, khususnya bila ada peziarah datang. Pak Unang, demikian dia disebut. Dikenal juga sebagi kuncen Gunung Manglayang.
Saat ditemui di Wisata Batu Kuda, Pa Unang bercerita tentang cerita dan sejarah Gunung Manglayang. “Nama sebelumnya adalah Kembang Layang. Ini karena ada kembang yang jatuh di puncak,” katanya.
Unang juga berkisah, konon Eyang Gagah I alias Langlangbuana dari kerajaan Hindu bersama rombongan kerajaan Banten melakukan perburuan ke daerah itu. Dalam bahasa Sunda disebut moro atau berburu.
Raja Banten waktu itu, Prabu Layang Kusumah dan istri Layangsari malah menyenangi tempat itu dan tidak melanjutkan aktivitas berburunya. Mereka memilih tinggal di daerah itu, hingga akhirnya tilem atau menghilang.
Untuk mencapai Batu Kuda diperlukan waktu 30 menit dari Cibiru, menggunakan sepeda motor. Sedangkan menuju puncaknya di Batu Keraton, diperlukan sedikitnya 3 jam.
Ketinggiaan puncak melayang mencapai 1818 MDPL. Gunung ini meliputi tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang.
Unang menjelaskan, jika mau ziarah biasa dilakukan pada hari Senin dan Kamis karena menurut mitos kramat gunung kumpul pada hari itu. Jadwal ini juga dimaksudkan untuk menjaga kelestariaan alam.
Bikin Baper
Bagi pengunjung yang malas naik ke batu kuda atau batu keraton, bisa menikmati rindangnya pohon pinus di hutan pinus, sebelum lokasi batu kuda. Angin semilir mengeluarkan irama dan pusi alam yang indah, yang akan memanjakan hati dan pikiran.
Pengunjung bisa menikmati sambil menyewa emok (ayunan yang diikat dari pohon satu kepohon lainnya). Santai dan rileks. Dijamin, di tempat ini akan lupa dengan persoalan hingar-bingar perkotaan dan praktek kotor politik.
Tempat ini pun seringkali dijadikan tempat kamping. Luas lahan 20 Ha yang dikelola Perhutani dan warga. Salah satu pengunjung dari purwakarta, Sofyan, mengatakan, tempat seperti Wisata Batu Kuda harus dijaga.
“Tetap dan jagalah wisata ini jangan sampai pihak swasta mengambil peran ini,karena bila pihak swasta sudah masuk ekositem dan keramahan warga akan berubah menjadi keserakahan hingga akhirnya alam ini menjadi rusak,” harapnya.
Magis tempat wisata ini membuat pengunjung ingin datang kembali. Bahkan pengunjung harus siap mental dan ada dorongan kuat untuk datang berkali-kali, karena banyak mantra leluhur Manglayang yang membuat nyaman. Tidak percaya? Silahkan buktikan sendiri.**
Penulis: Syacrial
Editor: Ude D Gunadi