BALI, bipol.co – Kongres V PDI Perjuangan akan dihelat pada tanggal 8-10 Agustus 2019, di Bali, dengan tema “Solid Bergerak untuk Indonesia Raya dengan subtema PDI Perjuangan menuju Partai Pelopor dan Modern”.
Dalam Kongres V ini Megawati Soekarnoputri akan dikukuhkan sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan mandataris periode 2019-2024. Ketua umum mandataris merupakan hasil aspirasi kader seluruh tingkatan.
Hal menarik untuk dicermati, tentu saja posisi Megawati sebagai ketua umum partai terlama di Tanah Air. Sejak PDI Perjuangan didirikan 1999 lalu, Megawati tercatat sudah 20 tahun menjadi pemimpin partai.
Jika putri Bung Karno itu kembali dikukuhkan sebagai ketua umum dalam Kongres V mendatang, maka Presiden RI kelima itu akan memperpanjang masa jabatan untuk lima tahun ke depan.
Menurut pengamat politik senior J. Kristiadi, tidak ada yang salah dengan lamanya kepemimpinan Megawati di PDI Perjuangan. Dalam partai besar sekaliber PDI Perjuangan yang memiliki ideologi kuat, proses regenerasi kepemimpinan memang membutuhkan waktu.
Sosok Mega yang kharismatik, yang telah membesarkan dan menuntun PDI Perjuangan hingga meraih kejayaan, juga tidak mudah digantikan figur lain, termasuk oleh putra-putrinya sendiri.
Namun, Kristiadi meyakini, regenerasi cepat atau lambat hanya soal waktu saja, dan Kongres V PDI Perjuangan ini nampaknya menjadi langkah awal yang serius bagi Megawati untuk persiapan proses regenerasi tersebut.
Sejatinya banyak jalan bagi Megawati untuk mempersiapkan penggantinya, setidaknya untuk lima tahun mendatang.
Hal jelas, agaknya figur yang hendak disiapkan Mega tidak boleh lepas dari trah Soekarno. Sebab apabila mendengar kata PDI Perjuangan, pasti langsung membayangkan sosok Soekarno.
Senada dengan Kristiadi, sejumlah praktisi media juga meyakini regenerasi itu hanya soal waktu. Dua petinggi media cetak nasional memperkirakan Kongres V PDI Perjuangan adalah momentum bagi Mega untuk menyiapkan seorang figur co-pilot atau sosok yang akan menjadi pengganti Megawati pada kepemimpinan di masa depan.
Wujud Regenerasi
Banyak cara membayangkan wujud regenerasi kepemimpinan di tubuh PDI Perjuangan.
Mungkin saja Megawati menyerahkannya begitu saja kepada salah satu anaknya. Mungkin juga penyerahan kepemimpinan tersebut berdasarkan aspirasi kader.
Tapi yang paling potensial, menurut sejumlah pihak adalah melalui sebuah proses bertahap dengan menyiapkan sebuah panggung politik.
Bentuk dari panggung politik tersebut bisa berbagai macam. Bisa dalam struktur internal maupun eksternal.
Belakangan mengemuka adalah munculnya wacana pembentukan ketua harian dalam struktur kepengurusan PDI Perjuangan.
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengemukakan wacana pembentukan ketua harian akan dibahas pada hari kedua Kongres V PDI Perjuangan, Jumat (9/8).
Menurut Hasto, struktur kepengurusan partai akan dibahas dan ditentukan setelah Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai ketua umum periode 2019-2024.
Struktur ketua harian ini dapat menjadi salah satu panggung politik internal partai.
Sedangkan panggung politik eksternal dapat berupa penempatan calon penerus Mega dalam jabatan di level eksekutif atau legislatif.
Prananda dan Puan
Lantas siapa yang lebih berpeluang maju menggantikan Megawati di pucuk kepemimpinan PDI Perjuangan kelak.
Jika membaca gelagat politik belakangan, dua nama yang diyakini menggantikan Mega adalah kedua anaknya yakni Prananda Prabowo dan Puan Maharani.
Keduanya memenuhi syarat sebagai trah Soekarno, yang sejalan dengan ideologi partai sejak awal didirikan.
Sebagai anak biologis Megawati, kedua figur itu juga dapat dibilang sebagai figur yang paling memahami cita-cita Megawati selama ini.
Berdasarkan wacana yang berkembang, nama Puan kerap disebut menjadi salah satu kandidat yang akan ditempatkan sebagai Ketua DPR RI. Hal ini juga sudah dibenarkan oleh Puan Maharani pribadi.
Jika benar Puan menempati jabatan Ketua DPR, maka Puan akan kembali menempati panggung politik eksternal, setelah selama ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Sedangkan Prananda Prabowo, agaknya akan menerima panggung politik internal. Dalam Kongres V PDIP di Bali, Prananda didaulat Megawati untuk memberikan materi khusus dalam salah satu sesi.
Materi khusus yang diberikan Prananda adalah Satyam Eva Jayate yang merupakan sebuah semboyan dari bahasa sansekerta yang berarti “pada akhirnya kebenaran akan menang”. Kata-kata itu terpampang di kantor pusat PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Menurut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, materi Prananda itu berisikan foto-foto perjuangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dari masa kecil sampai masa sekarang, di mana dalam salah satu buku yang akan dibagikan, terdapat pengantar dari Megawati.
Selain itu dalam materinya Prananda akan menyampaikan sejumlah pidato-pidato Megawati Soekarnoputri serta puisi karya Bung Karno tentang pengabdian bagi bangsa dan negara.
Prananda juga diberikan kesempatan untuk menciptakan sebuah lagu baru sebagai Mars PDI Perjuangan. Lagu tersebut sejalan dengan tema Kongres V PDI Perjuangan kali ini, yakni PDI Perjuangan Solid Bergerak.
Dengan demikian, Puan dan Prananda berpotensi mendapatkan panggung politik untuk disiapkan sebagai penerus Megawati.
Mengenai siapa di antara keduanya yang akan menjadi penerus Megawati Soekarnoputri kelak, hanya waktu yang akan menjawab. (ant)
Editor: Hariyawan