JAKARTA, bipol.co – Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, mengatakan bahwa belakangan ini terdapat upaya untuk mempertentangkan antara ideologi Pancasila dengan keislaman, di tengah ancaman perilaku intoleran dan politik identitas yang terjadi di masyarakat.
“Kecenderungan (perilaku intoleran) telah berkembang menjadi ancaman serius bagi eksistensi persatuan Indonesia, akhir-akhir ini juga Pancasila dan keislaman seperti dipertentangkan,” ujar Puan di Jakarta, Kamis.
Puan mengatakan ideologi Pancasila dan keislaman sejatinya memiliki keterkaitan satu sama lain, di mana di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
Menurut dia, Pancasila dan keislaman dapat diibaratkan sebagai dua rel kereta api, yang jika keduanya berdampingan dengan kokoh akan mengantarkan Indonesia menuju tatanan masyarakat yang adil dan makmur.
Untuk meredam upaya tersebut, kata dia, diperlukan langkah konkrit, yang salah satunya dapat ditempuh dengan mengambil jalur kebudayaan.
Puan mengatakan saat ini diperlukan penguatan terhadap interaksi antar budaya di Indonesia untuk menghapus eksklusivisme dan berbagai prasangka antar kelompok.
“Budaya interaksi itu haruslah inklusif melibatkan warga bangsa dari berbagai etnis agama dan budaya. Dengan itu akan terbangun manusia Indonesia yang inklusif dan berpandangan terbuka,” kata Puan.
Dia melanjutkan dengan membangun budaya inklusif dan terbuka maka akan terbentuk pola kepribadian nasional, yakni gotong-royong.
Menurut Puan semangat gotong-royong royong saat ini sangat diperlukan guna memperkuat rasa cinta Tanah Air, dan kesadaran bahwa Indonesia dipersatukan oleh Pancasila.
“Dengan memiliki rasa cinta kepada Tanah Air yang kuat, maka kita akan bersatu dalam menjaga, mempertahankan geopolitik nasional dan kepentingan nasional Indonesia di segala bidang, religi, ekonomi, sosial, politik, dan budaya,” ucap Puan. (ant)
Editor: Hariyawan