Kompleksitas Pemilu 2019 tercermin dari pelaksanaan pileg (pemilihan anggota legislatif) dan pilpres secara serentak, katanya melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Jumat (13/12).
Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam Latihan Kepemimpinan Bangsa Angkatan ke-6 yang diselenggarakan DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) di Wisma DPR RI, Puncak, Bogor, Jumat.
Masyarakat sebagai pemilih, lanjut dia dihadapkan pada lima jenis surat suara yang membuat proses penghitungan di TPS berakhir hingga larut malam, bahkan ada yang sampai keesokan harinya.
Namun, bangsa Indonesia berhasil melewatinya dengan baik sehingga terpilih pemimpin negeri yang ‘legitimate’. Yang menggembirakan, kedua calon presiden berupaya keras menghapus polarisasi dengan melakukan rekonsiliasi dan terbukti efektif mendinginkan suhu politik, jelasnya.
Fadil membandingkan situasi demokrasi di Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin, seperti Venezuela dan Bolivia. Bahkan, ketegangan politik di Hongkong yang hingga kini belum terkendali.
Jadi, negara kita ini luar biasa hebat dalam menerapkan demokrasi. Itulah kenapa saya sering bilang demokrasi kita sudah naik kelas dan dihargai dunia, ungkapnya.
Demonstrasi itu lumrah dalam demokrasi dan seharusnya disampaikan dengan cara-cara yang elegan dan memperkuat data ketika melakukan kritik. Jadi adik-adik harus menjadi contoh bagi generasi muda lainnya dengan demo secara tertib, terangnya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP PGK Bursah Zarnubi menekankan mahasiswa untuk memperkuat literasi dengan banyak membaca buku.
Buku itu membuka jendela dunia. Kalau tidak baca buku maka akan gelap melihat dunia. Jadi, bacalah buku minimal delapan jam sehari. Kalau itu dilakukan, 20 tahun lagi anda akan jadi orang hebat, jelas Bursah. (ant)