Suhardi mengatakan hal itu dalam dialog kebangsaan dengan tema Intoleransi dan Radikalisme dalam Perspektif Kebudayaan yang dihadiri puluhan seniman dan budayawan ini berlangsung di NuArt Sculpture Park Bandung, Sabtu (14/12).
Ia mengatakan, budaya yang dimiliki bangsa Indonesia sesungguhnya adalah budaya yang sangat majemuk dan beragam, karena Indonesia ini terdiri dari berbagai macam suku, bahasa dan juga budaya. Tetapi bermacam perbedaan yang dimiliki bangsa ini dirusak oleh intoleransi dan radikalisme negatif yang semakin menguat.
“Dengan suku, bahasa dan budaya kita yang beragam ini seharusnya masalah intoleransi ini harus sudah selesai. Karena di bangsa ini ada hal lain yang perlu diurusi seperti berkompetisi dengan negara lain di seluruh dunia. Kalau kita sibuk dengan masalah itu (perbedaan) saja dan tidak bisa diselesaikan dengan baik, akan sulit kita untuk berkompetisi,” katanya.
“Jadi saya di sini tadi untuk sharing mengenai masalah intoleransi dan radikalisme yang terjadi di Indonesia dan bagaimana cara pengentasannya. Oleh sebab itu saya senang sekali diundang ke sini, karena ini adalah komunitas yang mendukung kita bagaimana mereduksi itu semua,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Seniman Pelopor Gerakan Seni Rupa Baru, I Nyoman Nuarta sangat sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Kepala BNPT. Dirinya menegaskan bahwa para seniman dan budayawan ini pada dasarnya sangat menerima dengan perbedaan dan keberagaman yang dimiliki bangsa ini.
“Saat kegiatan Dialog kebangsaan seperti ini, biasanya kami arahkan untuk melihat film yang bisa membangkitkan rasa nasionalisme lagi. Ini agar ingat lagi kepada budaya kita sendiri, kekayaan yang luar biasa. Karena seniman itu bangga dengan perbedaan, karena perbedaan ini yang membuat kita (Indonesia) kaya,” ujar pria yang juga pembuat Patung Garuda Wisnu Kencana yang berdiri megah di Pulau Dewata, Bali itu.
Hadir dalam acara tersebut Gubernur Lemhannas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Ketua Pengurus Wilayah (PW) Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Jawa Barat, H Asep Syaripudin, mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tahun 1988-1993, Ir. Sarwono Kusumaatmadja. (ant)