Sekretaris Jendral Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI) Eka Chandra mengatakan studio animasi di Indonesia mulai bertumbuh. Oleh karena itu, pihaknya banyak melakukan kolaborasi untuk membuat peluang yang lebih besar.
“Secara industri kita memang baru mulai. Kalau perkembangannya dari data BPS dan Bekraf itu 10 persen growth-nya dan kita dari AINAKI, kita cukup banyak berkolaborasi dari ASEAN, Malaysia, Singapura kemudian teman-teman dari Eropa dan juga yang lain,” kata Eka kepada ANTARA dalam acara kolaborasi E-Motion Entertainment x AINAKI di Jakarta, Rabu (29/1)
Eka melanjutkan AINAKI memiliki tugas banyak dengan pertumbuhan tersebut mengingat permintaan akan konten yang kian bertambah.
Eka mengatakan sejak berdiri pada tahun 2004, AINAKI sudah memiliki 80 anggota yang terdiri dari studio, institusi pendidikan, profesional dan partner perusahaan. AINAKI juga memiliki katalog IP atau intellectual property lokal yang berjumlah lebih dari 70 bahkan IP yang diciptakan oleh anggota AINAKI menarik perhatian Disney Indonesia.
“Disney Indonesia kita juga kerjasama karena dia butuh buat konten kan, selain buat ide ceritanya mereka juga buat konten. Konten lokal itu sangat penting, Disney mulai lihat ada konten lokal yang harus dibangun,” kata Eka.
Namun yang menjadi kendala adalah dana dalam membuat IP. Menurut Eka, dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk membangun IP.
“Secara pengembangan IP, butuh biaya yang enggak kecil kalau animasi, kita masih dalam proses ke arah sana, dibantu pemerintah termasuk E-Motion Entertainment,” jelas Eka.
Produksifilm animasi tidak murah, Eka mencontohkan film “Si Juki The Movie” menelan dana sekira Rp9 miliar, lebih mahal dari film biasa.
“Makanya secara investasi pun tidak banyak investasi lokal yang ke sana,” kata Eka. (net)