Indonesia Indicator (I2), sebuah sebuah perusahaan Intelijen Media dengan menggunakan piranti lunak Artificial Intelligence (AI) dalam risetnya, di Jakarta, Senin (3/2), mencatat, sepanjang 20 Oktober 2019 hingga 24 Januari 2020, ada lima nama menteri yang paling banyak dibicarakan netizen di media sosial Twitter.
Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, menyebutkan, lima menteri itu, yakni Menhan Prabowo Subianto, Menteri BUMN Erick Thohir, Menko Polhukam Mahfud MD, Mendagri Tito Karnavian, dan Menag Fachrul Razi.
“Namun, jarak percakapan antara Prabowo dengan menteri lainnya relatif besar,” kata Rustika dalam keterangan tertulisnya.
Ia memaparkan, Menhan Prabowo Subianto menjadi tokoh kontroversial yang paling banyak dibicarakan netizen. Rival Presiden Jokowi di Pilpres 2019 itu diperbincangkan netizen sebanyak 710.968 cuitan yang kemudian direspons netizen lainnya hingga mencapai 1.781.945 aktivitas dalam bentuk retweet, mention, dan reply.
Melalui Social Network Analysis (SNA), dapat terlihat bahwa sebanyak 49,46 persen netizen bersikap netral atas berbagai aktivitas dan kebijakan Prabowo, dan tidak secara langsung memihak kepada Prabowo. Polarisasi masa pilpres masih terasa, meskipun sudah mulai menurun.
“Terdapat 28,12 persen akun oposisi yang masih mendukung Prabowo dan terdapat 14,61 persen akun pro-pemerintah yang sebelumnya bukan pendukung Prabowo. Kedua kelompok akun ini tidak saja hanya memberi dukungan, namun juga sesekali terlihat menyindir Prabowo,” papar Rustika.
Sementara, Menteri BUMN Erick Thohir tercatat menjadi figur menteri yang paling banyak mendapatkan dukungan dari warganet.
Nama Erick Thohir dicuit warganet sebanyak 401.585 kali yang kemudian direspons netizen lainnya hingga 1.362.620 aktivitas dalam bentuk reply, retweet, dan mention.
Menurut Rustika, keberhasilan Erick mengusut permasalahan di PT Garuda menjadi faktor utama.
“Netizen menunggu-nunggu dan mengharapkan Erick Thohir mengusut permasalahan di tubuh BUMN lainnya, terutama terkait masalah Jiwasraya,” kata Rustika.
Menko Polhukam Mahfud MD, menurut Rustika, juga tercatat menjadi tokoh kontroversial yang peta netizennya hampir sama dengan Prabowo Subianto.
Nama Mahfud dicuit sebanyak 361.348 kali yang kemudian direspons hingga 1.701.051 aktivitas karena banyak diantaranya kontroversial.
Posisi Mahfud sebagai tokoh netral saat masa pilpres menjadi faktor utama besarnya jumlah netizen yang memberi perhatian kepadanya. Sebanyak 40,55 persen akun mengapresiasi langkah Mahfud MD, namun 36,13 persen akun seringkali menyindir Mahfud.
Sindiran yang dominan muncul menyinggung Mahfud sebagai tokoh yang dianggap berubah dari sebelumnya adalah tokoh yang beberapa kali mengkritik pemerintah.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian tercatat berada di posisi keempat menteri yang paling banyak dibicarakan netizen di Twitter.
Mantan Kapolri itu dicuit sebanyak 148.516 kali. Tito menjadi tokoh yang kontroversial dan beberapa kali masuk dalam isu-isu besar terutama berkaitan dengan Anies Baswedan, Novel Baswedan, dan Papua, sehingga meningkatkan jumlah perhatian netizen kepadanya.
Sebanyak 52,15 persen warganet, menurut Rustika, terlihat aktif mendukung kebijakan Tito. Namun, ada 23,32 persen netizen terlihat menyindir Tito.
Sindiran yang muncul secara dominan adalah terkait kasus Novel Baswedan yang belum selesai di masanya sebagai Kapolri, dan juga terkait Anies Baswedan.
Menteri kelima yang paling banyak dibicarakan netizen adalah Menteri Agama Fachrul Razi. Nama Fachrul diperbincangkan warganet terkait isu agama yang masih menjadi hal yang sensitif pasca-pelantikan Jokowi-Ma’ruf.
Isu yang mendapat respons besar dari netizen antara lain terkait izin perpanjangan FPI, pemulangan Habib Rizieq Sbihab, dan penanggulangan radikalisme dan terorisme.
Secara umum, perbincangan tentang Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf di Twitter mencapai 4.160.835 cuitan dari 311 ribu akun manusia.
“Jumlah kicauan terbanyak berada di Oktober 1,068 juta cuitan dan Desember 2019 1,1 juta cuitan,” ujar Rustika.
Percakapan terkait Kabinet Indonesia Maju di Twitter didominasi oleh kaum milenial, yang mencapai 82,3 persen. Sebanyak 40 persen di antaranya adalah kaum Hawa.
Latar belakang sentimen tertentu atau sikap politik sebagai bagian dari suatu komunitas tertentu kerap kali berpengaruh terhadap besar kecilnya perhatian terhadap suatu isu di media sosial Twitter.
Polarisasi preferensi politik pada pilpres lalu, juga turut masih menjadi salah satu penggerak perdebatan, meskipun secara jumlah sudah mulai berkurang. Hal inilah yang menjadikan respons di media sosial Twitter terlihat begitu dinamis dan bersaing cukup ketat.
Seperti terlihat dalam temuan respons netizen terhadap Jokowi Ma’ruf. Sebanyak 37 persen warganet memberi respons positif terhadap kinerja Kabinet Indonesia Maju.
Sebanyak 33 persen warganet memberi respons netral dan 30 persen yang memberi respons negatif. Demikian juga dengan emosi warganet pada 100 hari kinerja Kabinet Indonesia Maju didominasi oleh Anticipation yang berisi harapan, masukan, dan ada pula kritikan.
Kemudian, disusul emosi Trust, Surprise, Disgust, Joy, dan Anger. Hanya sedikit yang Sadness dan Fear.
“Isu terbesar yang dipercakapkan oleh netizen adalah soal banjir Jabodetabek. Perbincangan mengarah pada penanganan banjir yang dilakukan oleh Pemerintah, khususnya Presiden Jokowi. Isu lainnya yang cukup kuat membentuk jejaring percakapan adalah soal penanggulangan radikalisme dan terorisme, kasus Jiwasraya, serta polemik kebijakan para Menteri,” ungkap Rustika.
Indonesia Indicator (I2) juga mencatat ada 10 isu utama di Kabinet Indonesia Maju yang mendapat perhatian dari warganet.
Isu transformasi ekonomi mendominasi percakapan warganet dengan 93.659 cuitan. Doa dan harapan netizen untuk Presiden Jokowi berada di posisi kedua dengan 87.131 cuitan. Penanganan radikalisme dan intoleransi di posisi ketiga dengan 64.530 cuitan. Isu lainnya yang banyak dibicarakan netizen adalah dinamika isu KPK dengan 63.760 cuitan.
Kasus korupsi BUMN menjadi isu kelima yang diperbincangkan netizen dengan 61.244 cuitan.
Lima isu lainnya yang banyak disoroti netizen adalah dinamika isu Papua 57.340 cuitan, isu negatif tentang Cina 55.234 cuitan, sengketa Perairan Natuna 53.362 cuitan, kinerja Ekonomi 52.785 cuitan, dan pemindahan Ibu Kota 44.685 cuitan. (net)