“Kebutuhan dunia tetap berjalan, terutama untuk pasar ritel. Yang berkurang adalah tujuan food service untuk hotel dan restoran. Jadi ini peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor dengan adanya kebijakan lockdown di berbagai negara,” kata Menteri Edhy dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (18/4).
Kendati sejumlah negara memiliki respons yang beragam untuk mencegah penyebaran virus corona, Edhy optimistis ekspor produk perikanan asal Indonesia akan terus terjadi.
Hal itu, ujar dia, tak terlepas dari kebutuhan akan protein ikan yang tetap diburu oleh konsumen di manapun sehingga pelaku usaha perikanan diajak untuk mengisi peluang ekspor di tengah pandemi.
KKP telah berupaya memberikan kemudahan logistik yang sangat diperlukan guna memenuhi kebutuhan bahan baku Unit Pengolahan Ikan (UPI) dengan tujuan ekspor.
Bahkan, lanjutnya, KKP telah mengirim surat permohonan kepada gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 agar memberikan jaminan akses keluar dan masuk distribusi input produksi perikanan dan logistik ikan ke berbagai wilayah.
“Beberapa kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong ekspor terus diluncurkan, diantaranya menggenjot produksi perikanan tangkap dan budidaya melalui pemberian bantuan benih, bibit, induk, pakan, revitalisasi tambak, sarana rantai dingin dan bakti nelayan kepada pelaku usaha perikanan terdampak COVID-19,” ujarnya.
Tak hanya itu, Menteri Edhy juga telah menyampaikan usulan stimulus kepada sejumlah kementerian/lembaga terkait tugas dan kewenangannya, antara lain pemanfaatan Sistem Resi Gudang, pembelian produk perikanan oleh BUMN, penurunan tarif kargo udara dan penambahan jumlah layanan kargo, penurunan bea masuk tin plate dan kaleng jadi.
“Serta pasta tomat dam tepung pengental saus sebagai bahan baku industri pengalengan ikan,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan.
Seperti diketahui, ekspor perikanan meningkat 9,82 persen dibanding periode yang sama tahun 2019. Demikian pula volume ekspor Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96 persen dibanding periode yang sama tahun 2019.
Amerika Serikat menempati urutan pertama dari lima negara tujuan utama ekspor selama Januari–Maret 2020. Nilai ekspor ke negeri Paman Sam tersebut mencapai 508,67 juta dolar AS (40,97 persen). Di peringkat selanjutnya adalah China dengan nilai 173,22 juta dolar (13,95 persen), dan negara-negara di ASEAN dengan nilai 162,29 juta dolar (13,07 persen).
Dari sisi komoditas, udang mendominasi ekspor ke negara-negara tersebut dengan nilai mencapai 466,24 juta dolar (37,56 persen), disusul tuna-tongkol-cakalang (TTC) dengan nilai 176,63 juta dolar (14,23 persen), cumi-sotong-gurita dengan nilai 131,94 juta dolar (10,63 persen), serta rajungan-kepiting dengan nilai 105,32 juta dolar (8,48 persen) dan rumput laut dengan nilai 53,75 juta dolar (4,33 persen). (net)