Adapun fokus area investasi yang didorong yakni hilirisasi mineral, pengembangan baterai litium, transportasi, energi baru terbarukan, dan penurunan emisi karbon.
Luhut menjelaskan Indonesia memiliki aturan untuk negara-negara yang ingin berinvestasi di Indonesia, seperti ramah lingkungan, mendidik tenaga kerja lokal atau transfer knowledge, transfer teknologi, dan memberikan nilai tambah bagi Indonesia dalam mengolah sumber daya mineral.
Ia juga menyinggung soal tenaga kerja asing (TKA) China yang kerap dinilai terlalu banyak masuk ke Indonesia. Padahal, menurut Luhut, jumlah TKA China sangat kecil. Di kawasan industri Konawe, Sulawesi Tenggara, misalnya, TKA China hanya sekitar delapan persen dari total tenaga kerja yang terserap dalam proyek.
Jumlah TKA China pun diharapkan akan semakin berkurang dengan dibangunnya politeknik di Morowali.
“Terkait TKA China, sebenarnya jumlah mereka seperti di Konawe hanya kurang lebih delapan persen dari para pekerja yang ada. Saat ini jumlah TKA juga makin berkurang dengan adanya politeknik di Morowali,” katanya.
Menanggapi penjelasan Luhut, para rektor pun menyarankan pemerintah lebih banyak melakukan sosialisasi terkait TKA China kepada masyarakat. Hal itu dinilai perlu agar masyarakat lebih paham akan isu yang bergulir.
Pertemuan virtual itu dilakukan bersama Rektor UIN SMH Banten, Rektor UIN Raden Intan Lampung, Rektor IAIN Fattahul Muluk Papua, Rektor IAIN Jember, IAIN Surakarta, UIN Raden Fatah Palembang, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Rektor UIN Alauddin Makassar, dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (net)