SOREANG, bipol.co — Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kabupaten Bandung, Uben Yunara, berharap figur calon Bupati Bandung yang bisa membela, menjembatani proses penyelesaian perselisihan di perusahaan.
“Intinya, pemimpin yang bisa membawa ketenangan pekerja untuk bekerja, ketenangan berusaha untuk pengusaha. Minimal posisi pemimpin itu tidak pro pengusaha, tetapi berpihak pada masyarakat pekerja. Tentu dengan konsep sabilulungan berpihak pada rakyat kecil,” kata Uben Yunara, di Soreang, Jumat (26/6/2020).
Uben Yunara menuturkan, pihaknya tidak mempermasalahkan tokoh perempuan dalam pencalonan Bupati atau Wakil Bupati Bandung.
“Tidak masalah tokoh perempuaan memimpin, yang penting minimal kami selaku pimpinan buruh –seperti bupati yang sekarang posisinya ada keberpihakan pada buruh–, tapi tetap mengamankan perusahaan. Jadi dua-duanya bisa terakomodir secara baik,” kata Uben yang juga telah mendaftar sebagai Bakal Calon Bupati Bandung periode 2020-2025 ke Panitia Seleksi Partai Golkar.
Uben menyambut baik, hadirnya ketiga tokoh perempuan dalam kontestan Pilkada di Kabupaten Bandung 2020, seperti Hj. Nia Kurnia Agustina, Hj. Yena Iskandar Ma’soem, dan Ingrid Kansil.
“Kalau Yena lebih pada pengusaha, tetapi kita lihat pengusaha bayar upahnya di bawah UMK tidak, kalau di bawah nanti tentunya ada koreksi dari kita. Kalau Bu Nia punya pengalaman untuk mengurus Kabupaten Bandung yang tidak diragukan lagi selama 20 tahun mengikuti dua bupati, saya rasa punya karakter, ciri, cara semua persoalan di Kabupaten Bandung. Kalau Ingrid salah satu tokoh perempuan yang punya latar belakang di parlemen,” ungkapnya.
Ketiga Srikandi itu, tutur Uben, punya latar belakang, walaupun berbeda, tetapi ketangguhannya sama.
“Ketiganya disatukan, ini jadi akumulasi perlawanan gender pada calon laki-laki. Bila semua perempuan ini nyalon atau dipasangkan, saya rasa jadi kolaborasi terbaru di Indonesia. Menjadi daya tarik tersendiri.
Tinggal kembali ke partai maunya seperti apa? Yang jelas pimpinan partai punya pengalaman, kita serahkan pada partai,” ucapnya.
Munculnya tiga calon perempuan, imbuh dia, ini menjadi pergeseran yang luar biasa. Tinggal tiga perempuan ini disandingkan, bupatinya perempuan wakilnya perempuan akan menjadi kejutan luar biasa.
“Bagi kalangan buruh tidak masalah pimpinan perempuan yang penting berpihak pada buruh, jangan seperti Ridwan Kamil yang tidak berpihak pada beruh.Yang jelas kita menginginkan kolaborasi yang baru, tetapi ‘kan hanya usulan, ‘kan mekanisme ada di partai silakan nanti partai yang menggodok layak tidaknya calon perempuan,” papar Uben.
Namun, ujar dia, untuk seorang pimpinan jangan diilihat dari layak tidaknya, tapi harus dilihat darli sisi kemampuannya. Dia bisa mengelola pemerintahan, bisa berkolaborasi dengan pengusaha, pemerintahan, dan legislatif.*
Reporter: Deddy | Editor: Hariyawan