BEIRUT.bipol.co- Ledakan besar di Beirut menyebabkan sekitar 200.000 hingga 250.000 orang kehilangan rumah sebagai tempat tinggal.
Gubernur Beirut, Marwan Abboud mengatakan bahwa lebih dari 200.000 orang telah kehilangan tempat tinggal setelah ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut. Ledakan juga telah menghancurkan banyak bangunan.
“Bahwa antara 200.000 dan 250.000 orang telah kehilangan rumah dan pihak berwenang berupaya menyediakan makanan, air, dan tempat tinggal,” ujar Abboud kepada Kantor Berita MTV, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu 5 Agustus 2020.
“Kami kehilangan 10 anggota Brigade Pemadam Kebakaran Beirut dan kerusakan berkisar antara USD3 hingga USD5 miliar. Mungkin jumlah kerugian jauh lebih besar,” katanya.
Gubernur Abboud mengungkapkan bahwa laporan keamanan dari 2014 memperingatkan kemungkinan ledakan di Ibu Kota Lebanon itu, karena bahan peledak yang sangat tinggi belum disimpan dengan baik untuk memastikan keselamatan publik.
Sementara Presiden Lebanon Michel Aoun menyerukan pertemuan kabinet darurat pada Rabu. Aoun mengatakan keadaan darurat dua minggu harus diumumkan menyusul ledakan besar di Beirut yang menewaskan sedikitnya 100 orang dan melukai 4.000 lainnya.
Ledakan pada Selasa mengirim gelombang kejut ke seluruh kota, menyebabkan kerusakan luas hingga pinggiran ibukota. Para pejabat mengatakan mereka memperkirakan jumlah korban tewas akan bertambah ketika para pekerja darurat menggali reruntuhan untuk mencari para korban.
Penyebab ledakan itu tidak segera jelas. Para pejabat menghubungkan ledakan itu dengan sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang disita yang disimpan di gudang di pelabuhan selama enam tahun.
Perdana Menteri Hassan Diab pun menetapkan hari berkabung pada Rabu. Diab juga bersumpah akan mencari pihak bertanggungjawab atas ledakan ini. [net]
Editor: Fajar Maritim