JAKARTA.bipol.co- Mantan agen CIA, Robert Baer menduga sumber ledakan dasyat di Beirut Lebanon pada Selasa (4/8) tidak hanya berasal dari amonium nitrat. Baer menduga ada sumber lain yang tersimpan di lokasi yang sama dengan amonium nitrat seperti amunisi atau senjata api dan bahan kimia lain sebagai pemicu ledakan dahsyat tersebut.
“Itu jelas merupakan ledakan militer, bukan semata dari amonium nitrat. Anda melihat bola oranye (dari api), dan itu jelas, seperti saya katakan adalah sebuah peledak militer,” jelas Baer.
Baer, mantan agen CIA yang memiliki pengalaman di Timur Tengah mengatakan bahwa bubuk putih yang terlihat dari video yang beredar sebelum terjadinya ledakan menandakan bahwa amonium nitrat tersulut api.
Ia juga mengatakan hal serupa kerap terjadi pada ledakan yang lebih besar dibandingkan yang terjadi di Beirut.
Mengutip CNN, ia menekankan tidak ada indikasi bahwa ledakan dahsyat ini terjadi karena serangan dari satu pihak. Ia mengatakan jika ledakan dahsyat ini seperti sebuah kecelakaan dari buruknya manajemen penyimpanan bahan kimia.
“Ini hampir terlihat seperti sebuah kecelakaan. Tetapi pertanyaannya adalah apakah itu bahan peledak militer, siapa yang akan bertanggung jawab atau mengapa disimpan di sana?,” ucapnya.
“Saya sudah bekerja di Libanon selama bertahun-tahun, dan tidak ada yang mau mengakui bahwa mereka menyimpan bahan peledak militer di pelabuhan. Itu tidak kompeten dan mungkin korupsi. Itu hal yang bodoh untuk dilakukan.”
Hingga saat ini belum ada bukti kuat yang menunjukkan sumber ledakan dahsyat yang terjadi pada Selasa (4/8) petang.
Pemerintah Libanon menegaskan akan melakukan penyelidikan untuk mencari pihak yang bertanggung jawab atas insiden yang menewaskan lebih dari 100 orang dan 5.000 orang luka-luka.
Besarnya ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut sempat memicu gempa dengan magnitudo 3,3 dan terasa hingga Siprus, yang berjarak 200 kilometer dari lokasi kejadian.
Ribuan ton bahan kimia yang tersimpan di gudang di pelabuhan Beirut disebut merupakan barang sitaan dari kapal milik perusahaan Rusia karena melanggar sejumlah aturan pada 2013 lalu.
Sejumlah dokumen yang diperoleh CNN mengungkap bahwa kapal kargo, MV Rhosus, yang berbendera Moldova berangkat dari Batumi, Georgia, membawa 2.750 ton amonium nitrat menuju Mozambik.
MV Rhosus sempat berlabuh di Yunani untuk mengisi bahan bakar sebelum menuju Libanon. Grechuskin meminta kapal itu mengambil muatan ke Libanon dengan harapan bisa menutupi ongkos perjalanan.
Kapal itu lantas ditahan oleh aparat pelabuhan Beirut karena “pelanggaran berat dalam pengoperasian kapal”, belum membayar bea masuk ke pelabuhan, dan pengaduan para awak kapal yang berasal dari Rusia dan Ukraina. [net]
Editor: Fajar Maritim