JAKARTA.bipol.co – Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing menilai dalam menangani pandemi COVID-19 di Indonesia kesehatan dan ekonomi bisa berjalan secara simultan.
“Penanganan kesehatan simultan dengan geliat ekonomi pilihan sangat tepat dengan kondisi sosial ekonomi Indonesia saat ini. Jangan samakan dengan negara yang luasnya sedikit dan cadangan devisa luar biasa. Tapi, tentu berada pada “hotspot” komunikasi promosi kesehatan penanganan kasus COVID-19,” kata Emrus, di Jakarta, Rabu (16/9).
Tanpa komunikasi berada pada titik panas, lanjut dia, pilihan untuk mengatasi persoalan kesehatan dan ekonomi tidak akan dapat dilakukan secara substansial, bahkan berpotensi menimbulkan berbagai masalah sosial baru.
Titik panas komunikasi, kata dia, adalah dengan menggelorakan komunikasi promosi kesehatan penanganan kasus COVID-19 dengan masif, terstruktur, sistematis, bersinambungan kreatif, inovatif, dan berkelanjutan secara nasional hingga pada tingkat keluarga, sehingga masyarakat sudah memiliki kesadaran, sikap, dan perilaku yang taat (ketat) sekali terhadap seluruh protokol kesehatan.
Selain itu, masyarakat paham betul resiko fatal (mengancam nyawa) pada diri dan anggota keluarganya, ketika lalai atau lengah sekejap saja tidak sejalan dengan protokol kesehatan. Oleh karena itu, kata Emrus, komunikasi kesehatan penanganan COVID-19 harus berada pada orbit “titik panas”, baru kemudian kesehatan dan ekonomi dilakukan simultan.
Dalam situasi meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Tanah Air, tambah dia, Indonesia tidak harus memilih apakah menyelesaikan persoalan kesehatan atau ekonomi.
“Sebagai fenomena yang dihadapi masyarakat terkait dengan kasus COVID-19 ini, masih ada pilihan lain, yang menurut saya lebih baik, yaitu penanganan kesehatan dilakukan simultan dengan geliat ekonomi di tengah masyarakat, tentu dalam suatu ruang komunikasi promosi kesehatan penanganan kasus COVID-19,” kata Emrus Sihombing. (net)
Editor Deden .GP